PLN Terus Dorong dan Kembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik
--
JAKARTA, RADARLAMPUNG.CO.ID - PT PLN (Persero) berkomitmen mengurangi emisi karbon guna mencapai Net Zero Emission pada 2060. Salah satunya dengan membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam acara Diskusi bertajuk Menapak Peta Jalan Pemanfaatan Kendaraan Listrik Nasional di Jakarta, Selasa 11 Oktober menjelaskan, sektor transportasi adalah salah satu penyumbang emisi karbon tertinggi di Indonesia.
Tidak kurang dari 280 juta ton CO2e dihasilkan dari sektor transportasi. Jika dibiarkan, maka pada tahun 2060, emisinya akan ada 860 juta ton CO2e per tahun.
“Kita di sini untuk memastikan generasi mendatang lebih baik dari pada hari ini. PLN berkomitmen penuh untuk bisa menurunkan emisi gas rumah kaca,” kata Darmawan Prasodjo.
BACA JUGA: Palsukan Surat Tanah, Lansia Jadi Tersangka
Darmawan Prasodjo menuturkan, penggunaan kendaraan listrik lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan BBM.
Dari perhitungan, 1 liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM itu 2,4 kilogram.
Sedangkan 1 kWh listrik pada sistem kelistrikan di Indonesia yang masih ditopang oleh PLTU, emisinya sekitar 0,85 kg CO2e. Artinya kalau 1,2 kWh, emisinya sekitar 1,1 kg CO2e.
"Dengan menggunakan kendaraan listrik maka kita sudah menjadi bagian dalam mengurangi emisi karbon lebih dari 50 persen," urai Darmawan Prasodjo.
BACA JUGA: Soal Banjir di SDN 69 Krui, Disdikbud Pesisir Barat Ambil Langkah Ini
Untuk mempermudah pengguna kendaraan listrik, PLN siap memberikan berbagai insentif dan layanan. Salah satunya dengan layanan home charging.
“Ini perubahan gaya hidup. PLN akan memfasilitasi dengan menyediakan home charging untuk setiap pembelian kendaraan listrik,”sebut dia.
Untuk itu PLN telah bekerja sama dengan para produsen kendaraan listrik. Sehingga ketika ada pembelian, datanya masuk, lalu langsung dipasang home charging di rumah konsumen.
Sementara Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Luckmi Purwodari mengatakan, indeks kualitas udara di kota-kota besar sangat rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: