Mengenal Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Hadapi El Nino
Salah satu langkah Pemerintah Indonesia dalam menghadapi serangan El Nino adalah dengan menyiapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). ILUSTRASI/FOTO BMKG --
BACA JUGA: El Nino Berikan Dampak Negatif, Begini Pencegahannya
Dengan bantuan Thailand, proyek percobaan hujan buatan dimulai pada tahun 1977.
Teknologi modifikasi cuaca bekerja dengan cara memicu terjadinya hujan di daerah tertentu.
Yaitu merangsang potensi hujan yang ada di atmosfer dengan menggunakan berbagai metode.
Salah satu metode yang umum digunakan adalah dengan menaburkan garam ke dalam awan.
BACA JUGA: Daerah Harus Bersiap, Menko Luhut Beber Potensi Dampak El Nino di Sektor Ekonomi
Pada dasarnya, awan terbentuk karena udara yang mengandung uap air naik hingga mencapai lapisan atmosfer yang dingin.
Ketika udara naik, suhunya turun dan uap air dalam udara akan berkondensasi menjadi tetesan air atau kristal es yang membentuk awan.
Dalam proses modifikasi cuaca, garam atau senyawa lain yang memiliki kemampuan untuk menarik uap air ditebarkan ke dalam awan menggunakan pesawat khusus atau alat yang disebut flare.
Garam ini berfungsi untuk menarik uap air dari awan sehingga tetesan hujan atau salju yang lebih besar terbentuk.
BACA JUGA: Pemerintah Siapkan Strategi Hadapi Serangan El Nino 2023 yang Mengancam 32 Provinsi
Selain itu, ada juga teknologi modifikasi cuaca lainnya yang menggunakan bahan kimia seperti perak iodida atau asam nitrat.
Bahan kimia ini dapat menyebabkan pembentukan kristal es di dalam awan yang kemudian akan jatuh ke bumi sebagai salju atau hujan.
Namun, perlu diingat bahwa teknologi modifikasi cuaca tidak selalu berhasil dan penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat memengaruhi ekosistem dan lingkungan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, sebelum dilakukan, teknologi ini harus dievaluasi dengan matang dan memperhitungkan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar daerah target.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: