Hampir Setengah Populasi Babi Mati di Luwu Timur Akibat Virus ASF

Hampir Setengah Populasi Babi Mati di Luwu Timur Akibat Virus ASF

--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Baru saja diberi intervensi oleh Mentan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Luwu Timur terima laporan kematian 17 ribu ternak dalam tiga hari belakangan akibat virus Flu Babi Afrika.

Hal itu diungkapkan Kadis Pertanian dan Ketahan Pangan Luwu Timur, Amrullah Rasyid dalam keterangan resminya, dikutip pada Rabu 17 Mei 2023.

"Untuk data babi yang mati per tanggal 15 Mei 2023 sebanyak 17.105 ekor dan ini hampir dari setengah populasi babi di Luwu Timur," katanya.

Di Luwu Timur sendiri terdapat 11 wilayah yang ternaknya terjangkit virus tersebut dan menyebabkan kerugian besar pada sektor ekonomi.

BACA JUGA:Bikin Prank, Wasit Al-Hatmi Pengadil Timnas Indonesia Vs Thailand Ternyata Bukan Orang Sembarangan

"Ternak yang mati tersebar pada 11 kecamatan dan tingkat kematiannya mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Angka kematian terbesar ada di Kecamatan Tomoni Timur, yakni dengan 8.598 ekor ternak mati dari populasi 12.054 ekor," ungkapnya.

Sebelumnya diketahui, Imbas dari ditemukannya Virus Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) ditemukan di peternakan PT Indo Tirta Suaka (ITS) Pulau Bulan, Batam belum lama ini.

Pemerintah Singapura pun menghentikan impor babi hidup dari Indonesia.

Nah, apakah Flu Babi Afrika ini? Lalu apa saja gejala yang muncul ketika terjangkit virus ini? Radarlampung.co.id mempunyai informasinya yang dikutip dari berbagai sumber.

BACA JUGA:Belalai Gajah, Tanaman Semak dengan Berbagai Manfaat untuk Kesehatan, Termasuk Menetralkan Racun

Adapun pada laman Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) Flu Babi Afrika merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang babi, baik itu ternak dan liar dengan tingkat kematian mencapai 100 persen.

Virus ini sangat resisten terhadap lingkungan, sehingga dapat bertahan hidup di pakaian bahkan pada produk olahan daging babi.

Para peneliti sendiri mengungkapkan jika virus tersebut tidak berbahaya bagi manusia, namun tetap berdampak buruk bagi populasi babi, ekonomi, dan peternakan pada hewan diharamkan bagi umat muslim ini.

Hingga kini, para peneliti masih terus melakukan uji klinis dan mencari vaksin yang cocok guna menanggulangi virus tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: