Mantan Ketua Mantiqi III JI Ustad M. Nasir Abbas Turun ke Lampung, Ada Apa?

Mantan Ketua Mantiqi III JI Ustad M. Nasir Abbas Turun ke Lampung, Ada Apa?

Pasca penangkapan terduga teroris di Pringsewu dan Lampung Tengah beberapa waktu lalu, Mabes Polri turun ke Lampung untuk memberikan pencerahan dalam kegiatan sosialisasi kontraradikal.--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Pasca penangkapan terduga teroris di Pringsewu dan Lampung Tengah beberapa waktu lalu, Mabes Polri turun ke Lampung untuk memberikan pencerahan dalam kegiatan sosialisasi kontraradikal.

Mereka yakni Kasubbab Berita Bagpenum Ro Penmas Divhumas Polri AKBP Gatot Hendro Hartono bersama mantan Ketua Mantiqi III Wilayah Pendukung Militer Jamaah Islamiah (JI) Muhammad Nasir Abbas.

Nasir Abbas merupakan mantan napiter yang diduga terlibat dalam kasus Bom Bali I.

"Kedatangan Pak Gatot dan Ustad Nasir Abas ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa terorisme adalah extraordinary crime. Jangan sampai masyarakat terpapar. Awal mulanya adalah intoleransi SARA. Berlanjut ke radikalis menjadi teroris," kata Kabid Humas Polda Lampung Kombespol Zahwan Pandra Arsyad.

BACA JUGA:Karomani Eks Rektor Unila Tidak Ajukan Banding Atas Vonis 10 Tahun

Sedangkan, Kasubbab Berita Bagpenum Ro Penmas Divhumas Polri AKBP Gatot Hendro Hartono mengaku kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan.

"Dalam kegiatan kontraradikal ini selalu menghadirkan narasumber. Kita hadirkan Ustad Muhammad Nasir Abbas untuk hadir dalam focus group discussion di Polres Pringsewu dan kunjungan ke Pondok  Pesantren Darussalam, Desa Brajadewa, Kecamatan Wayjepara, Lampung Timur. Kegiatan kontraradikal adalah penanaman nilai-nilai nasionalisme kepada masyarakat agar tidak terpapar paham radikalisme," ujarnya.

Sementara, Nasir Abbas menjeoaskan, dirinya mulai sadar setelah melihat aksi pengeboman oleh rekan-rekan dan murid-murid.

"Di situ, saya berpikir ada yang mulai salah. Di mana banyak warga sipil jadi korban. Namun karena belum ada argumen yang kuat, ketika itu saya tetap bertahan di JI. Saya menasihati kawan-kawan dan murid-murid bahwa itu tidak benar. Tapi ternyata tetap berlanjut," katanya.

BACA JUGA:Amalkan Ayat Seribu Dinar, Insya Allah Rezeki Berlimpah!

Aksi terorisme, kata Nasir Abbas, terus berlanjut hingga aksi Bom Bali 2002. Bahkan, para pimpinan JI setuju dengan aksi tersebut dengan menjadi pelaku.

"Meski saya tak setuju dengan aksi terorisme, saya tetap terbawa-bawa karena yang melakukan murid-murid saya. Ada Imam Samudra, Dulmatin, Umar Patek, dkk. Polisi mencari-cari saya karena dianggap melindungi mereka," ujarnya.

Dalam penangkapan oleh polisi, kata Nasir Abbas, terjadi perlawanan.

"Saya berharap polisi menembak mati saya. Karena pikir saya lebih baik mati. Namun hal tak terduga, polisi tak menembak saya satu butir peluru pun. Karena ada anggota polisi yang terluka, saya dilumpuhkan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: