Rektor Unila Pertama Meninggal Dunia, Ini Kata Prof Lusmeilia Afriani

Rektor Unila Pertama Meninggal Dunia, Ini Kata Prof Lusmeilia Afriani

Prof. Lusmeilia Afriani, salah satu rektor perempuan yang memimpin perguruan tinggi di Indonesia. FOTO TANGKAPAN LAYAR/YOUTUBE Official_Unila--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Kabar duka datang dari lingkungan Universitas Lampung (Unila), Rektor pertama Unila Prof. Ir. H. Sitanala Arsyad bin H. Mukhtar berpulang pada Jumat 22 September 2023, pukul 15.24 WIB di RS Siloam Bogor.

Hal ini tentu ditanggapi langsung Rektor Unila saat ini, Prof. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., IPM., ASEAN Eng. Dirinya mengucapkan rasa belasungkawa nya atas meninggalnya Prof Sinatala Arsyad.

"Kami mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Rektor pertama Unila," katanya.

Prof. Lusi mengatakan jasa beliau dalam mendirikan Unila sangat lah besar. "Sebagaimana jasa beliau mendirikan Unila sampai besar seperti ini. Beliau juga seorang ilmuan, seorang manajerial yang memiliki konsep yang tinggi sehingga beliau berani untuk mengembangkan unila. Cikal bakal Unila dari beliau, karena beliau meletakkan batu pertama Unila. Dia juga sebagai putra daerah Lampung," lanjutnya.

BACA JUGA:Dampak El Nino, 837 Hektar Sawah di Lampung Utara Kekeringan

Menurut informasi yang diterima Radar Lampung, Prof. Sitanala akan disemayamkan di Jalan Taman Malabar nomor 3 Bogor, untuk selanjutnya dibawa ke Lampung menuju pemakaman keluarga di Desa Negara Bumi Ilir, Lampung Tengah, besok 23 September 2023.

Mengutip dari https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/fokus/detail/sitanala-arsyad-ahli-konservasi-yang-dedikasikan-hidupnya-sebagai-pendidik, Prof. Sitanala merupakan ahli konservasi yang mendedikasikan hidupnya sebagai pendidik.

Dia bahkan memiliki prinsip “Selesaikan yang harus tuntas hari ini, jangan tunda esok" yang sudah ia pegang selama puluhan tahun. Putra Lampung ini mendedikasikan hidupnya pada bidang konservasi tanah dan air.

Bahkan, kecintaannya terhadap konservasi tanah dan air telah membawa dia menjadi pendidik dan melahirkan puluhan artikel ilmu tanah yang telah diterbitkan pada jurnal dalam dan luar negeri.

BACA JUGA:Fee-Based Income BRI Capai Double Digit

Ternyata, menjadi pendidik bukan satu-satunya cita-cita yang ia inginkan. Bukan hanya sematamata karena orang tuanya juga berprofesi sebagai guru, namun Ia yakin, guru atau pendidik adalah profesi terhormat.

Meskipun gelar sarjana pertanian baru diraihnya pada tahun 1961, tetapi karier Sitanala sebagai pendidik sudah dimulai sejak tahun 1959 ketika Ia menjadi Asisten Dosen (Asisten tingkat II) Ilmu Tanah di fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada masa itu, Indonesia memang membutuhkan banyak dosen.

Untuk memperdalam bidang keilmuannya, Sitanala melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 di Graduate School University of Georgia, Amerika Serikat. Pendidikan pascasarjana ini dituntaskan pada tahun 1963.

Masih di universitas sama, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang S-3 dan meraih titel philosophiae doctor (Ph.D.) pada tahun 1965 dengan spesialisasi konservasi tanah. Sepulang studi di Amerika Serikat, ia kembali ke alamaternya dan menjadi dosen konservasi tanah dan air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: