Rektor Unila Pertama Meninggal Dunia, Ini Kata Prof Lusmeilia Afriani
Prof. Lusmeilia Afriani, salah satu rektor perempuan yang memimpin perguruan tinggi di Indonesia. FOTO TANGKAPAN LAYAR/YOUTUBE Official_Unila--
BACA JUGA:Kebakaran Lahan Perladangan di Sisi JTTS Mesuji, Belum Diketahui Pasti Penyebabnya
Sitanala menulis banyak artikel yang menjadi rujukan utama di banyak perguruan tinggi. Bersama rekannya dari Amerika Serikat, El-Swaify, dan dari Sri Lanka, Krisnarajah, Sitanala menulis bab “Soil Erosion by water” dalam buku Natural System for Development-What Planners Need to Know (R.A. Carpenter, Ed.) terbitan MacMillan Publ. Co., New York, USA, pada tahun 1983.
Ia juga menjadi editor kepala untuk buku Conservation Policies for Sustainable Hillslope Farming yang diterbitkan Soil and water Conservation Society, Ankeny, Iowa, Amerika Serikat, pada tahun 1992.
Sebagai ahli konservasi tanah, Sitanala Asryad menulis buku Konservasi Tanah dan Air yang diterbitkan IPB pada tahun 1989 dan 2000. Edisi kedua buku tersebut terbit pada 2006.
Jenjang karier pria kelahiran 21 Maret 1934 di Gunungsugih, Lampung Tengah, yang terus meningkat di IPB tidak lantas membuat Sitanala menyia-nyiakan kesempatan mengabdi di tanah kelahirannya.
BACA JUGA:Tips Aman Jual Mobil Bekas di Marketplace Facebook Agar Cepat Laku
Sampai pada akhirnya Sitanala menjadi rektor Universitas Lampung (Unila) dalam rentang 1973-1981. Di sana ia merintis dan meletakkan landasan pembangunan Kampus Unila di Gedungmeneng.
Selama itu pula (1976—1977), Sitanala ditugasi oleh Gubernur Lampung untuk menjabat sebagai Ketua Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Lampung.
Usai masa jabatannya sebagai Rektor Unila, Sitanala kembali ke almamaternya. Pada tahun 1987, Sitanala diangkat menjadi Rektor IPB. Ia menjadi rektor selama dua masa jabatan, dalam rentang waktu 1987-1996.
Melengkapi jenjang kariernya yang panjang, pada tahun 1998 Sitanala Arsyad diangkat menjadi Direktur South East Asia Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEo Biotrop), sebuah lembaga penelitian, pelatihan, pertukaran sumber daya manusia, dan penyebaran informasi dalam bidang biologi tropis.
BACA JUGA:Tanpa Riba! Simak Syarat Pinjaman Modal UMKM di KUR BSI, Penawaran Limit Hingga Rp10 Juta
Pada 2004, Sitanala memasuki masa pensiun dari pegawai negeri sipil dan diangkat menjadi guru besar emeritus pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan fakultas Pertanian IPB.
Meskipun sudah pensiun, namun perhatian Sitanala terhadap dunia pendidikan masih sangat besar.
Menurutnya pendidikan yang baik adalah yang tercukupi sarana dan prasananya, serta pendidik yang berdedikasi tinggi akan menciptakan manusia dengan segi kemampuan ilmu pengetahuan yang tinggi, bertakwa, dan berempati terhadap berbagai permasalahan di masyarakat.
Jadi, bukan hanya ilmu pengetahuan dan teknologinya yang dikuasai, melainkan juga harus memiliki empati terhadap sekitarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: