Akademisi: Tren Positif PAD Lampung Wajib Jadi Momentum untuk Bangkit

Akademisi: Tren Positif PAD Lampung Wajib Jadi Momentum untuk Bangkit

Foto ilustrasi uang. (Pixabay)--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD) yang positif di Provinsi Lampung kala ini harus dijadikan momentum bangkit pasca pandemi Covid-19.

Akademi Universitas Lampung Dedy Hermawan mengatakan, PAD menjadi barometer kemandirian fiskal sebuah pemerintah daerah.

Sehingga, jika pemerintah daerah dapat semakin baik bekerja meningkatkan PAD maka kemandirian fiskal daerah tersebut baik.

"Karena cermin otonomi daerah bagaimana pemda bisa memaksimalkan pendapatan asli daerahnya. Jadi nanti akan berdampak pada pembangunan daerah itu sendiri," ujarnya. 

BACA JUGA:5 Cafe View Keren Pinggir Pantai di Lampung, Nomor 2 Instagramble Banget!

PAD yang baik menurutnya akan membantu pendapatan suatu daerah selain pendapatan dana transfer dari pemerintah pusat.

Meskipun diakui Dedy Hermawan saat ini pemerintah daerah masih banyak bergantung dari dana transfer pusat.

"Di saat dana transfer pusat banyak pembatasan-pembatasan, jadi yang bisa dijadikan andalan PAD ini," ungkapnya.

Sehingga menurut Dedy Hermawan pemerintah daerah harus bekerja keras memaksimalkan sumber-sumber PAD yang ada didaerahnya.

BACA JUGA:Mutasi TNI Terbaru, Dua Komandan Korem Alih Tugas, Berikut Update Danrem di 15 Kodam

"Baik dari kerjasama, pendapatan lainnya yang sah, kalau bisa aset dimanfaatkan jangan mangkrak. Begitu juga dengan BUMD-nya dikembangkan jangan merugi terus," tuturnya.

"Itu semua kompenen PAD harus digenjot kinerjanya sehingga bisa menghasilkan pendapatan daerah. Kayak pajak layanan dimaksimalkan. Retribusi berarti maksimalisasi petugas untuk tarik retribusi," ungkapnya.

Dedy Hermawan meminta agar pemerintah daerah melakukan penghitungan potensi-potensi PAD secara objektif jangan ada yang ditambah ataupun dikurangi. Sehingga dapat diketahui potensi ril PAD.

Untuk meningkatkan pendapatan PAD suatu daerah diperlukan kepala daerah yang mempunyai pola pikir interperner birokrasi dan pola pikir ekonomi yang kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: