Dikira Punah, Ilmuwan Tiba-tiba Temukan Hewan Purba Mamalia Bertelur Ini di Pegunungan Papua

Dikira Punah, Ilmuwan Tiba-tiba Temukan Hewan Purba Mamalia Bertelur Ini di Pegunungan Papua

Echidna Attenborough, hewan purba yang dikira telah punah ditemukan terekam di pegunungan di Papua.--

BACA JUGA:Jago Merah Hanguskan Rumah Warga Semaka Tanggamus Lampung, Kerugian Mencapai Seratusan Juta

Hanya saja spesies ini disebut hanya sebuah spesimen dari hewan yang mati puluhan tahun dan tersimpan di museum.

Kendati begitu, para ilmuan merasa sangat senang dengan penemuan hewan purba yang dianggap telah punah tersebut.

"Saya sangat gembira, seluruh tim pun sangat gembira," ungkap Dr. James Kempton ketika melihat echidna Attenborough dalam rekaman kamera jebakan mereka.

Diketahui, Echidna memakan makanannya menggunakan paruhnya yang tidak memiliki gigi.

BACA JUGA:30 Petugas Disiapkan Selama Pelaksanaan Seleksi Kompetensi PPPK Pemprov Lampung

Adapun selain platipus paruh bebek, echidna Attenborough adalah satu-satunya mamalia yang bertelur.

Dari empat spesies echidna, tiga di antaranya memiliki paruh yang panjang, yaitu echidna Attenborough dan echidna barat yang dianggap terancam punah.

Bagi yang tak pernah bertemu echidna, mungkin bakal mengira makhluk ini adalah landak. Padahal spesiesnya sangatlah berbeda.

Hal unik lainnya dari echidna yakni untuk jenis jantan memiliki empat cabang.

BACA JUGA:KPU Mesuji Petakan Wilayah Sulit Dijangkau dalam Distribusi Logistik Pemilu

Yang disayangkan, menurut Dr. Kempton, echidna paruh panjang Attenborough kini tidak termasuk dalam spesies yang dilindungi di Indonesia.

Meski demikian, menurut ahli biologi dari Universitas Oxford tersebut, Sir David sangat senang usai mengetahui penemuan kembali echidna Attenborough di Indonesia.

Yang mana, Dr. Kempton didaulat memimpin tim multinasional melakukan ekspedisi selama sebulan guna menjelajah wilayah yang belum pernah terjamah sebelumnya di Pegunungan Cyclops.

Tercatat, pegunungan yang terletak di Kabupaten dan Kota Jayapura tersebut mempunyai habitat hutan hujan pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: