Bahasa Lampung Dalam Prespektif Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkelanjutan di Provinsi Lampung

Bahasa Lampung Dalam Prespektif Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkelanjutan di Provinsi Lampung

--

Oleh: Prof. Dr. Dra. Farida Ariyani, M.Pd.

“Sai bumi ruwa jurai Sebatin rik Pepadun nunggu di bumi pesai mak nunggu bumi hulun ditambah munih sumbai mula ya nambah rukun” (Pangiran Susunan Ratu).

Ketika saya mulai tulisan ini dengan menulis satu deret lirik dalam bentuk tradisi lisan budaya Lampung yang disebut dengan pisaan maka ada nilai hidup yang ingin disampaikan. 

Lirik itu menyampaikan makna tentang adanya kedamaian dengan beragam kekayaan budaya leluhur dari masyarakat adat Lampung Saibatin dan Pepadun ditambah dengan etnis selain Lampung yang hidup rukun menjujung satu nilai untuk budaya di Provinsi Lampung. 

Tentu saja ini makna yang sangat mendalam. Sebagai informasi empiris, bahasa Lampung menjadi salah satu bahasa daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang masih lestari dan berkembang hingga saat ini. 

Dari sekitar 718 bahasa daerah di Indonesia hanya 12 bahasa daerah yang memiliki aksara salah satunya bahasa Lampung. 

Hal subtansi dan sangat pentingnya ialah bahasa Lampung sebagai identitas daerah di Lampung memiliki 2 kekayaan leluhur sekaligus yaitu bahasa daerahnya dan aksaranya. 

Dua hal istimewa yang tidak semua wilayah di Nusantara memilikinya. Itu pula menjadi penanda bahwa peradaban para pendahulu orang Lampung telah memiliki budaya literasi yang tinggi. 

Bagaimana menjawab fenomena faktual di era global terkait bahasa Lampung. 

Berkaitan dengan rumusan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang telah disepakati dunia sekitar tahun 2015, saya akan fokus pada Education for Sustainable Development (ESD) yang mengarah pada pemajuan sumber daya manusia sebagai subjek semtral. 

Secara hakikat, Education for Sustainable Development memiliki tujuan untuk memberdayakan generasi sekarang dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan manusia menggunakan pendekatan yang seimbang pada dimensi keberlajutan ekonomi, keberlanjutan sosial, keberlanjutan lingkungan, dan keberlanjutan budaya dari pembangunan berkelanjutan. 

Di sini, saya beri penekanan pada keberlanjutan budaya. 

Tentu saja, bicara bahasa tidak akan bisa lepas dari budaya daerahnya. Hal yang melekat sebagai identitas sebuah masyarakat budaya. 

Bahasa Lampung di sini sebagai piranti dari penyampai simbol-simbol budaya itu sendiri. Bahasa dan budaya Lampung sebagai penguat identitas kebudayaan nasional sudah pasti bersinergi dengan derasnya perubahan regulasi dan paradigma ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: