Tongkat Pintar Berbasis IoT Karya Universitas Teknokrat Indonesia Tingkatkan Mobilitas Tunanetra
Foto dok Universitas Teknokrat Indonesia.--
RADARLAMPUNG.CO.ID - Kehidupan penyandang tunanetra sering kali dipenuhi ketidakpastian karena keterbatasan mereka dalam melihat rintangan atau arah tujuan.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 mencatat, ada sekitar 3,75 juta orang di Indonesia yang mengalami gangguan penglihatan berat, namun sebagian besar belum memiliki akses ke teknologi navigasi yang memadai.
Melihat kondisi tersebut, tim pengabdian masyarakat Universitas Teknokrat Indonesia menggagas program inovatif untuk membantu tunanetra lebih mandiri.
Program ini dipimpin oleh Felly Misdalena, S.T., M.T., bersama anggota tim Fera Lestari, S.T., M.T., Fika Trisnawati, S.T., M.T., serta mahasiswa dari Program Studi Teknik Sipil.
BACA JUGA:Hadapi Malut United, Bhayangkara Lampung FC Siap Jaga Tren Positif
Mereka bekerja sama dengan Persatuan Tunanetra Ahli Pijat Indonesia (PERTAPI) menciptakan sistem 'Implementasi Pedestrian Berbasis IoT dan Aplikasi Pengelolaan Database'.
Inovasi utama dari program ini adalah tongkat pintar berbasis Internet of Things (IoT) yang dilengkapi sensor ultrasonik, GPS, dan mikrokontroler ESP32.
Tongkat ini dihubungkan ke aplikasi Android dan memberikan panduan suara bagi pengguna untuk mendeteksi rintangan serta menemukan arah dengan lebih akurat.
Fitur GPS memungkinkan keluarga atau pendamping memantau posisi pengguna secara real-time dari rumah.
BACA JUGA:Wagub Jihan Temui Massa Petani, Janji Bentuk Tim Konflik Agraria
Jika pengguna tersesat atau menghadapi situasi darurat, lokasi mereka dapat segera diketahui.
Hasil uji coba terhadap 15 anggota PERTAPI menunjukkan tingkat kesalahan arah berkurang dari 68 persen menjadi 28 persen, sedangkan kecepatan berjalan meningkat hingga 75 persen.
“Teknologi ini membuat saya lebih percaya diri saat bepergian sendiri,” ujar Bambang Sukoco, salah satu peserta uji coba.
“Keluarga saya juga merasa tenang karena bisa memantau posisi saya melalui aplikasi,” sambungnya.
BACA JUGA:Tuntut Reforma Agraria Sejati, Massa Ngeluruk Gedung Dewan
Selain tongkat pintar, tim juga memperkenalkan jalur pedestrian berbasis cat marka kuning sebagai alternatif guiding block yang selama ini digunakan.
Guiding block membutuhkan biaya tinggi dan tidak selalu dipasang secara konsisten di berbagai daerah.
Cat marka kuning menjadi solusi yang lebih murah dan mudah diterapkan.
Sensor pada tongkat akan mendeteksi warna kuning tersebut dan memberi getaran atau instruksi suara, sehingga pengguna tetap berada di jalur yang aman.
BACA JUGA:Kejari Way Kanan Musnahkan Barang Bukti 17 Kasus Pidana
Inovasi ini dinilai lebih efisien dan memungkinkan pemerintah memperluas fasilitas ramah disabilitas tanpa biaya besar.
Program ini juga mengembangkan aplikasi berbasis web untuk mendigitalisasi data anggota PERTAPI.
Sebelumnya, pencatatan data dilakukan secara manual dan memakan waktu lama.
Kini, proses input data berkurang dari 10 menit menjadi hanya 2 menit per anggota, dengan tingkat akurasi meningkat hingga 95 persen.
BACA JUGA:Lampung Dapat Dua Titik Sekolah Rakyat Tingkat SD dan SMP, Mulai Belajar Akhir September
Dengan data yang lebih rapi dan real-time, PERTAPI dapat memantau keanggotaan, jadwal pelatihan, hingga laporan kegiatan secara lebih terukur.
Agar teknologi dapat dimanfaatkan secara optimal, tim pengabdian memberikan pelatihan kepada anggota PERTAPI.
Hasilnya, 90 persen peserta mengaku percaya diri menggunakan tongkat pintar dan aplikasi pendukung.
Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga naik dari 50 persen menjadi 80 persen.
BACA JUGA:Prompt Gemini AI Untuk Edit Foto Bersama Karakter Doraemon
“Visi kami adalah menghadirkan teknologi yang canggih, terjangkau, dan sesuai kebutuhan masyarakat,” kata Felly Misdalena.
“Dengan kolaborasi yang baik, kita bisa menciptakan kota yang inklusif untuk semua,” tambahnya.
Program ini tidak hanya membantu individu tunanetra menjadi lebih mandiri, tetapi juga memperkuat kapasitas organisasi yang menaungi mereka.
"Jika diadopsi secara luas, inovasi ini berpotensi mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) ke-10 tentang pengurangan kesenjangan sosial, sekaligus mendorong terwujudnya kota yang ramah disabilitas," ujar Wakil Rektor UTI Dr. Mahathir Muhammad, S.E., M.M.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
