\"Daripada Ngobrol Ngalor-ngidul Nggak Jelas, Mending di Sini\"

Kamis 23-09-2021,19:50 WIB
Editor : Alam Islam

RADARLAMPUNG.CO.ID - Siang yang cukup sejuk, Kamis (23/9). Wanita bertubuh gempal itu berdiri di dekat U-turn, Jalan Teuku Umar, Bandarlampung. Rambut pendeknya ditutupi topi. Tangan bergerak. Mengarahkan kendaraan yang akan putar balik untuk berhenti. Lantas ia memberi isyarat agar kendaraan dari jalur lain terus melaju. Suara lantang terdengar. Mengingatkan pengendara agar bersabar. Sesekali, tangannya meraih uang yang disodorkan pengemudi. Dahlia, begitu ia mengakui namanya. Wanita berusia 40 tahun asal Lampung Timur. Namun sejak empat tahun silam, ia tinggal di kontrakan di wilayah Rajabasa. [caption id=\"attachment_219704\" align=\"aligncenter\" width=\"1460\"] Dahlia, wanita pengatur kendaraan di U-turn Jalan Teuku Umar, Kecamatan Kedaton, Bandarlampung. FOTO M. TEGAR MUJAHID/RADARLAMPUNG.CO.ID[/caption] Hujan baru saja berhenti. Cukup bersahabat bagi wanita empat anak ini untuk mengatur kendaraan. Profesi liar dan berisiko sebenarnya. Terlebih untuk wanita. Seperti yang dilakukan Dahlia. \"Nggak ada lagi yang bisa dikerjakan. Untuk menyambung hidup,\" Dahlia membuka cerita. Wanita berkulit gelap ini mengatakan, pagi hari, ia berangkat dari kontrakan. Menuju U-turn yang menjadi lokasi \"kerja\". Namun sebelumnya, ia sudah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Menyiapkan makan, mencuci piring dan pakaian. \"Kadang naik angkot. Kadang ojek. Tergantung ada uang atau tidak. Terpenting sampai sini,\" ujarnya. Sejak setahun terakhir, ia melakukan pekerjaan membantu pengatur kendaraan. Ini dilakukan lantaran tidak ada pekerjaan lain. Pernah menjadi buruh. Tapi kemudian tidak diterima lagi. \"Asalkan bisa makan,\" cetus wanita yang berbicara dengan logat daerah kental ini. [caption id=\"attachment_219708\" align=\"aligncenter\" width=\"1273\"] Dahlia, wanita pengatur kendaraan di U-turn Jalan Teuku Umar, Kecamatan Kedaton, Bandarlampung. FOTO TRI SUTRISNO/RADARLAMPUNG.CO.ID[/caption] \"Daripada ngobrol ngalor-ngidul nggak jelas dengan tetangga kosan, mending di sini. Menghabiskan waktu bekerja. Cari rezeki, membantu suami,\" tegasnya. Tidak mudah bagi Dahlia menjalani pekerjaan yang terkadang dipandang remeh tersebut. Mulai dari orang yang mencemooh hingga pandangan orang yang mengenalnya. \"Tapi saya tidak maksa (pengendara) ngasih uang. Kalau ada, saya terima. Begitu sebaliknya. Saya Ikhlas,\" tandasnya. Dahlia mengaku uang yang didapat tidak menentu. Mulai dari Rp5 ribu. Kadang Rp15 ribu. \"Sehari kadang bawa Rp10 ribu. Yah, seadanya saja,\" sebut Dahlia pelan. (cyi/ais)

Tags :
Kategori :

Terkait