Laporan: Wartawan Radarlampung.disway.id dari Ukraina (3)
Pergerakan warga dan militer Ukraina masih terbatas. Padahal musim dingin sudah berlalu. Bom dan ranjau dimana-aman.
Kontributor Harian Disway Bud Wichers mendapat akses meliput kegiatan tim penjinak bom Ukraina. Ia sempat kedinginan saat kedatangannya kali pertama dua bulan lalu.
Malam hari, suhu bisa -15 derajat celsius di dalam bunker. Di luar ruangan lebih ekstrem, minus 20 derajat celsius.
Bud tidur bersama warga Kiev dan Lviv di bunker apartemen. Tanpa mesin penghangat. Tersiksa, karena selimut terbatas. Ini diperparah dengan sirene yang terus berbunyi sepanjang malam. BACA JUGA: Curhat Nabila untuk Eril, You’re Gonna Live Forever in Me “Sekarang kondisinya berubah. Lumayan panas,” sebut Bud melalui pesan suara yang dikirimkan dari WhatsApp.Saat ini, suhu Ukraina sudah lebih dari 30 derajat celsius. Kondisi tersebut membuat aktivitas di luar ruangan bisa dilakukan lebih leluasa.
Tapi tetap saja warga tidak bisa bergerak bebas. Bom dan ranjau ada di mana-mana. Pihak Ukraina memasang ranjau itu agar Rusia tidak bisa mendekat ke pusat kota.
Pada bagian lain, Rusia juga memasang ranjau dan jebakan bom di wilayah yang pernah mereka kuasai. BACA JUGA: Teruntuk Sungai AarePresiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh tentara Rusia sengaja memasang ranjau saat mereka terpukul mundur.
Akhir Maret, pasukan Ukraina berhasil merebut kembali kendali lebih dari 30 kota dan desa di wilayah Kiev. Tim pendeteksi ranjau terus bergerak mencari dan menjinakkan ranjau.“Aku ikut tim itu saat proses detonasi,” kata Bud, lalu mengirimkan video peledakan bom.
Lokasinya berada di sebuah lembah. Bom diletakkan di genangan air. Tim penjinak bom serta Budi memantau dari tebing dengan jarak sekitar satu kilometer.
BACA JUGA: Pansus Sudah Beri Rekomendasi, Komisi V Tetap Inspeksi
Budi meletakkan kameranya di pinggiran tebing. Ia berlari ketika tim mulai menghitung mundur. Ledakan pun terjadi. Debu dan puing-puing beterbangan hingga ke arah Budi.“Kami berlindung di balik mobil agar tidak terkena reruntuhan bom itu,” ujarnya.
Jika dilihat dari ledakannya, bom tersebut bisa menghancurkan tank dalam sekejap. Bud mengatakan, tim penjinak bom terus bergerak setiap hari.
Jalan penghubung antar wilayah harus steril untuk memudahkan pergerakan militer dan evakuasi warga menuju Kiev.
BACA JUGA: Airlangga: KIB Sinergi Dari Hati, tak Ada yang Bisa Menakuti
Banyaknya ranjau membuat kegiatan terpusat di kota. Warga yang tidak bisa ke mana-mana. Berusaha membersihkan puing-puing bangunan yang hancur karena roket.“Banyak warga yang telah mengungsi beberapa bulan ini kembali ke rumahnya. Mereka mendapati semua telah hancur,” cerita Bud.
Ada banyak perbatasan yang diblokade. Setiap bergerak keluar dari pusat Kota Kiev, dokumen perjalanannya selalu dicek. “People tend to be very nervous (Mereka cenderung gugup, Red),” imbuhnya.
Mereka mewaspadai mata-mata Rusia. Mereka bisa menyamar sebagai apa saja. Termasuk sebagai jurnalis.
BACA JUGA: Viral, Tawuran Jelang Pengumuman Kelulusan, Netizen Salfok Pelajar Bawa Sajam
Para pelintas perbatasan harus menunjukkan dokumen lengkap. Untungnya Bud sudah memiliki surat khusus yang dikeluarkan pemerintah Ukraina. Hanya jurnalis dengan surat itu yang boleh masuk ke medan perang. Bud mengenalkan dirinya sebagai warga kelahiran Indonesia berkebangsaan Belanda setiap bertemu warga di perbatasan. Cara itu juga ia terapkan saat kunjungan liputan pertamanya agar ada bahan obrolan. Namun, tetap saja banyak yang tidak tahu soal Indonesia. Mereka baru paham saat Budi menyebut Bali. Akan ada agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Pulau Dewata.“And I tell them Zelensky is invited later this year to Bali for G20 (Aku memberi tahu mereka bahwa Zelensky diundang pada akhir tahun nanti ke Bali untuk G20, Red),’’ katanya.
BACA JUGA: Restorative Justice, Kejari Lampung Barat Hentikan Kasus Penipuan dan Penggelapan
Zelensky sudah menanggapi undangan itu. Ia meminta maaf tidak bisa ke Bali. Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pekan lalu.
“Saya harus bersama rakyat, tetapi akan bergabung secara daring,” kata Zelensky.
Negara-negara barat berharap Presiden Rusia Vladimir Putin tidak diundang pada G20 yang digelar pada 15-16 November 2022. Namun, Presiden Joko Widodo tetap mengundang Putin. Jokowi sempat menyatakan bahwa Putin menyatakan sanggup hadir di Bali. Amerika Serikat, Inggris, Australia, Polandia, Kanada dan Uni Eropa kecewa dengan keputusan itu. BACA JUGA: Viral Video Cubit Pipi Bayi, Nakes Ini Dikecam WarganetMereka mendorong agar Indonesia mengecualikan Rusia dalam forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) itu.
Namun Jokowi tetap mengundang Putin atas alasan prosedural. Indonesia juga berharap dua presiden yang sedang berseteru itu bisa membahas perdamaian di Bumi Nusantara. Namun, upaya mempertemukan Zelensky dan Putin di Indonesia itu sepertinya mustahil. (*)Artikel ini telah lebih dulu tayang di harian.disway.id dengan judul Kontributor Harian Disway, Bud Wichers, Berlindung di Balik Mobil Saat Bom Rusia Diledakkan