PESAWARAN, RADARLAMPUNG.CO.ID - Kondisi sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Tamrinul Athfal (MITA) sangat memprihatinkan. Padahal, lokasinya tidak jauh dari kantor Bupati Pesawaran.
Dari enam kelas madrasah yang terletak di Dusun Binong, Desa Waylayap, Kecamatan Gedongtataan itu, hanya tiga ruang yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Selebihnya sangat tidak layak. Atap yang ditutupi asbes banyak yang pecah dan plafon ruangan tidak ada.
Ditambah tidak adanya toilet bagi siswa dan pengajar. Untuk keperluan buang air, harus menumpang di rumah warga atau masjid yang ada di sebelah madrasah.
Melihat kondisi madrasah swasta milik masyarakat ini, Kantor Kementerian Agama Pesawaran meminta agar masyarakat bermusyawarah guna membangun sarana prasarana yang layak.
"Yang pertama, Kemenag ingin memastikan bahwa madrasah yang dibangun masyarakat harus mampu bertahan. Dan MITA Binong ini adalah madrasah yang perlu diberikan perhatian khusus,” kata Kepala Kantor Kemenag Pesawaran Wasril Purnawan, Kamis 29 September 2022.
”Mengingat sarpras yang belum memadai dan cukup mengkhawatirkan. Kita mendorong madrasah dan masyarakat agar memprakarsai gotong royong mewujudkan perbaikan prasarana," imbuh Wasril Purnawan.
Menurut Wasril, Kantor Kemenag Pesawaran ingin menghadirkan kepeloporan di masyarakat melalui peran semua pihak.
Di mana, pembangunan sarana prasarana MITA Binong menjadi fokus perhatian Kemenag. Karena, masih ada madrasah serupa, dan pihaknya akan menggerakkan partisipasi masyarakat.
"Kepada siapapun yang berempati kepada dunia pendidikan, terlebih kepada madrasah yang didirikan masyarakat,” tegasnya.
Dilanjutkan, berbagai upaya dilakukan untuk meminta bantuan kepada pemerintah yang saat ini harus diakses melalui aplikasi.
”Tapi kita tidak bisa menunggu. Seperti halnya keadaan urgensi yang ada di MITA ini. Kita harus cari alternatif seperti menggerakkan partisipasi masyarakat," tandasnya
Ditambahkan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Tamrinul Athfal, Yanton Rinzani, sekolah itu memiliki 11 tenaga pendidik dan sekitar 65 siswa.
"Sejak berdiri sekitar 1974 lalu, perkembangan sarana dan prasarana madrasah masih belum tersentuh pembangunan yang selayaknya," kata Yanton Rinzani.
Sementara perwakilan tokoh masyarakat setempat Aria Guna mengatakan, anggaran pemerintah dalam perbaikan sarana dan prasarana untuk pembangunan sekolah masih sangat terbatas.