"Kami mempunyai tim komite pembelajaran (KP) yang terdiri dari guru kelas X. Sampai jurnal dan modul juga sudah ada sampai kita lakukan sesuai aturanya supaya sampai kepada siswa," kata Sevensari.
Penerapan praktik ini juga menggunakan Modul jurnal assesment yang membahas tentang perundungan.
Materi itu nantinya akan diserahkan kepada guru kelas X lintas mata pelajaran, untuk disampaikan kepada siswa sesuai petunjuk yang ada selama satu minggu penuh tanpa pelajran reguler.
"Nanti di kelas siswa diberikan tes diagnostik untuk mengetahui pengetahuan awal anak, lalu nanti anak membuat kelompok diskusi. Ini penekanan pada karakter dan implemetadi individu siswa, dengan target siswa nyaman, senang berada di sekolah," jelas Kepala Sekolah yang baru lolos sekolah penggerak ini.
Ditambahkan guru Kelas X sekaligus Tim KP Hanifah, penerapan profil pelajar pancasila membutuhkan koordinasi yang baik antar guru dan siswa.
"Di projek yang pertama ini kita ada 12 kegiatan, guru juga akan melakukan pembelajaran sesuai dengan komite pembelajaran. Kemudian siswa diarahkan secara mandiri membaca artikel atau vidio yang sudah kita sisiapkan. Lalu mereka bekerja kelompok mengerjakan lembar tugas dan melalukan presentasi," jelasnya.
Di dalam penerpan, bukan hasil dari prodak yang akan menjadi nilai melaikan karakter yang berahlak dari siswa yang terbentuk dalam proses pembelajaran tersebut.
Sub tema juga diambil dikarenakan maraknya bullying yang ada di sekitar lingkungan dan sekolah, sebagai salah satu langkah pencegahan sedini mungkin.
"Tapi karakter dan sikap. Perundungan juga kami ambil tema ini karena marak terjadi, lebih jauh kerena sekolah kami yang berstatus sekolah inklusif artinya melayani semua karakter siswa. Termasuk yang berkebutuhan khusus dan kami ingin menanamkan bagaimana mereka bisa menghargai perbedaan dan mencegah tindakan perundungan," ungkapnya.
Di samping itu, pembelajaran ini juga berguna untuk mengidentifikasi diri apakah selama ini mereka sudah menjadi pelaku bullying atau korbannya.
"Setelah menyadari oh ternyata itu bentuk perundungan yang seharusnya tidak dilakukan, seterunya kita bakal memberi arahan bagaimana selanjutnya jika sudah menyadari mungkin meminta maaf korban mengatur sekolah dan dihasil akhir mereka bisa membuat poster pencegahan," bebernya.
Dari projek itu, para siswa langsung menunjukan rasa kebersamaan dan toleransi yang tinggi antar teman.
"Ada siswa kami masuk siswa inklusi, perkembangannya sungguh mencengangkan. Mereka tidak ada membully bahkan mereka membantunya mendorong kursi rodanya ke kelas, lalu belajar bersama-sama. Saya rasa itu adalah praktik baik yang didapatkan dari hal ini," pungkasnya menutup wawancara. (*)