Sang kusir lantas menjelaskan bahwa pertapa itu telah meninggalkan dunia, untuk mencari pembebasan dari ketakutan manusia akan kematian.
BACA JUGA: Makko Tanding! Ini yang Akan Kamu Rasakan Jika Dapat Pasangan Orang Lampung
Tak hanya itu saja, pertapa yang disebutkannya juga mencari pembebasan akan penderitaan.
Keesokan harinya, tepat pada usia 29 tahun ia meninggalkan kerajaan, istri juga putranya untuk mengikuti jalan yang lebih spiritual.
Sidharta Gautama kemudian bertekad untuk menemukan cara, untuk meringankan penderitaan universal dalam setiap perjalanannya.
Sebelum kelahiran Buddha ada yang namanya bodhisattva dalam ajaran Khayana.
BACA JUGA: Tempat Paling Mengerikan di Bumi, Jangan Coba-Coba Datang Ke Sana Atau Nyawa Taruhannya!
Seorang bodhisattva harus mengambil sumpah supaya tidak untuk masuk ke dalam Nirwana.
Hal itu harus dilakukan sebelum semua mencapai sikap Buddha. Dalam hal ini bisa dibilang bahwa bodhisattva merupakan panutan semua umat Buddha.
Bodhisattva mengorbankan diri membantu makhluk lain, untuk mendapatkan pencerahan dikenal dengan sifat Welas Asih, tidak egois dan rela berkorban.
Kemudian setelah jutaan kehidupan, secara bertahap mengumpulkan kebajikan dan karma baik.
BACA JUGA: SN 2023 ixf: Supernova Paling Dekat dengan Planet Bumi
Budhisattva akhirnya lahir dalam tradisi budaya yang dianggap sebagai tubuh manusia terakhirnya yaitu Sidharta Gautama.
Dalam hal itu tidak bisa dipungkiri bahwa kisah hidup Sidharta Gautama tidak membentuk narasi tunggal.
Tidak ada yang berubah maupun ada banyak variasi dan kisah-kisah kehidupan serta ajaran Buddha. Utamanya dalam membentuk ringkasan yang luas.
Sementara itu dikatakan adil bahwa Buddhisme memiliki lebih banyak kitab suci daripada tradisi agama lainnya.