Saat itu Raja Demak adalah Sultan Trenggono, Joko Tingkir yang dikenal sebaga pemuda pintar, sakti dan tangkas.
Pemuda itu akhirnya berhasil menarik perhatian Sultan Trenggono.
BACA JUGA: 5 Fakta Tentang Kerajan Skala Brak, Asal Usul Orang Lampung
Joko Tingkir kemudian diangkat menjadi Kepala Prajurit Demak berpangkat Lurah Wirotamtomo.
Namun saat seleksi prajurit, ada pelamar yang dianggap arogan dan merasa sangat sakti.
Pelamar itu bernama Dadungawuk. Joko Tingkir lantas menguji kesaktiannya hingga Dadungawuk tewas.
Joko Tingkir pun dipecat dan diminta meninggalkan Demak karena tindakannya itu.
BACA JUGA: Diklaim Bukan Benda Purbakala, Ternyata Ini Fakta Mahkota Raja yang Ditemukan di Blitar
Ia kemudian berguru kepada Kyai Ageng Banyubiru, dan setelah merasa mendapat banyak ilmu ia bersama saudara seperguruannya kembali ke Demak.
Dan karena inilah muncul tutur bahwa Joko Tingkir dibantu pasukan buaya, yang mendorong getek atau perahunya.
Joko Tingkir melepaskan kerbau yang sudah diberi mantra, kerbau itu mengamuk dan membuat kekacauan di Demak hingga Sultan Trenggono resah.
Dalam kekacauan itu Joko Tingkir muncul untuk membunuh kerbau tersebut.
BACA JUGA: Kilas Balik Sejarah Peradaban Suku Lampung
Karena dianggap berjasa, Sultan Trenggono kemudian mengangkat Joko Tingkir kembali menjadi Lurah Wirotamtomo.
Karirnya semakin meningkat apalagi ia kemudian menikah dengan Putri Sultan Trenggono.
Joko Tingkir menikah dengan Ratumas Cempoko, kemudian Joko Tingkir dijadikan Adipati dan memimpin Kadipaten Pajang dengan nama Hadiwijaya.