Karena itu, Provinsi Sumsel masih menempati posisi nomor 3 termiskin di Sumatera.
Hanya unggul atas Bengkulu dan Aceh yang persentase tingkat kemiskinannya masih di atas 14 persen.
Namun demikian penurunan tingkat kemiskinan yang terjadi di Bengkulu masih lebih baik.
Jika pada September 2022, masih diangka 14,34 persen, namun pada Maret 2023 turun 0,20 poin menjadi 14,04 persen.
Demikian juga Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Pada September 2022-Maret 2023 turun lebih besar, yakni 0.30 poin. Dari 14,75 menjadi 14,45 persen.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi di Sumatera Selatan sehingga belum berhasil menekan tingkat kemiskinan?
Bukankah jika dilihat dari sumber dayanya, Sumsel memiliki sumber daya alam (SDA) yang cukup berlimpah, terutama minyak bumi dan batubara.
Demikian juga dilihat dari historis pemekaran wilayah di Sumatera.
Bukankah Sumsel dulunya merupakan wilayah induk dari wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Berbagai pusat usaha bisnis dan militer juga berada di wilayah Sumatera Selatan.
Misalnya, Pangdam II Sriwijaya masih berpusat di Palembang sebagai pusat ibukota Sumatera Selatan.
Demikian juga di Sumsel ada PT Bukit Asam, Pertamina dan sejumlah perbankan BUMN di wilayah Sumbagsel (meliputi Lampung, Jambi, Bangka Belitung dan Bengkulu) masih berpusat di Palembang.
Menurut data di kementerian ESDM, Provinsi Sumatera Selatan ini, penghasil minyak bumi terbesar ketiga di Indonesia setelah Cilacap Jawa Tengah dan Balikpapan Kalimantan Timur.
Kilang minyak Plaju atau dikenal dengan istilah Refinery Unit III Plaju yang terletak di tepi Sungai Musi Kota Palembang adalah penghasil minyak terbesar ketiga di Indonesia.
Kilang Minyak Plaju ini memiliki 2 lokasi kilang yang berdiri sebelum Indonesia merdeka.
Kilang minyak ini didirikan shell, perusahaan minyak Belanda Tahun 1914.