Namun De Kock langsung memotong pembicaraan, dengan nada tinggi ia menegaskan masalah politik akan dituntaskan hari itu juga.
Diponegoro yang tidak merasa bersalah dan tidak menaruh benci kepada siapa saja.
Ia lantas bicara dan menuding keputusan Jenderal De Kock yang terburu-buru itu.
Dan menegaskan bahwa dia tidak memiliki maksud lain kecuali pengakuan agama Islam di Jawa dan gelar sultan yang disandangnya.
BACA JUGA: Rekomendasi HP Murah 3 Jutaan, Ada Samsung Galaxy Hingga Infinix, Mau Pilih yang Mana?
Usai meminum the dan menghampiri pengikutnya, Diponegoro beranjak keluar dan ditangkap oleh pasukan kolonial.
Saat penangkapan berlangsung, Diponegoro menyatakan bersedia dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan.
Ia diasingkan ke Gedung Keresidenan Semarang yang ada di Ungaran setelah ditangkap di Magelang.
Kemudian dibawa ke Batavia pada minggu pertama bulan April 1830 dengan menggunakan kapal Pollux.
BACA JUGA: Jawa Barat Makin Mendidih, Suhu Harian Maksimum Capai 39.3 derajat Celcius, Lampung Ikutan Naik
Lalu pada akhir bulan April 1830, Diponegoro kembali diasingkan ke Manado bersama istri keenam serta para pengikutnya.
Sebagai pengetahuan tambahan, Pangeran Diponegoro wafat di Benteng Rotterdam pada tanggal 8 Januari 1855. (*)