Menurutnya, bencana banjir di kampungnya saat ini menjadi yang terparah karena ketinggian air mencapai 150 cm hingga 200 cm.
Krisbandi menjelaskan, sudah sekitar 22 tahun sungai di wilayahnya belum pernah dinormalisasi. Akibatnya terjadi pendangkalan dan menyebabkan bencana banjir.
Meskipun demikian, masyarakat yang terdampak bencana banjir di Kampung Sido Mekar masih bertahan di rumahnya untuk menjaga barang berharga mereka.
Sementara, Kepala Kampung Mesir Dwi Jaya, Kecamatan Gedung Aji Baru Barisi mengungkapkan, sedikitnya 192 rumah, 450 hektare sawah dan beberapa fasilitas pendidikan di wilayahnya juga terendam banjir.
Tidak hanya itu, berdasarkan data sementara pihaknya sekitar 3.500 ekor ayam dan 30.000 ternak ikan milik warga hanyut terbawa arus banjir.
Di kampungnya kini berdiri satu tenda darurat yang didirikan oleh warga secara mandiri di atas jalan kampung.
Rahmat salah satu warga Kampung Mesir Dwi Jaya mengatakan, tenda darurat tersebut dibuat menggunakan terpal dengan tiang kayu. Tenda tersebut kini berdiri di pinggir jalan kampung.
Dijelaskannya, hingga Sabtu pagi, 10 Februari 2024 rumahnya masih terendam air setinggi sekitar 70 cm.
Tidak hanya rumahnya, rumah beberapa tetangganya juga masih ada yang terendam air akibat banjir.
Diungkapkannya, beberapa warga yang rumahnya terendam air banjir ada yang menumpang di rumah keluarga atau warga lain yang tidak terendam.
Rahmat menjelaskan, banjir saat ini menjadi yang terparah sejak 30 tahun dirinya tinggal di Kampung Mesir Dwi Jaya.
Akibat bencana alam banjir tersebut, sejumlah warga yang terdampak membutuhkan beberapa bantuan khususnya air bersih dan obat-obatan.
BACA JUGA:Tiga Kelurahan di Rajabasa Banjir, Camat: Mulai Surut
Rahmat mengungkapkan, sejak air banjiri l merendam permukiman, warga terpaksa membeli air bersih isi ulang untuk keperluan sehari-hari.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Tulang Bawang Fatoni menerangkan, distribusi bantuan obat-obatan untuk warga terdampak bencana banjir akan segera dilakukan oleh puskesmas terdekat. (*)