Manfaatkan Batang Singkong dan Karet di Lampung Untuk Bangun Biomassa Kerakyatan

Minggu 19-05-2024,08:03 WIB
Reporter : Prima Imansyah Permana
Editor : Ari Suryanto

Ia menyatakan, komitmennya untuk memberikan kontribusi lebih pada lingkungan, sosial, dan ekonomi, bukan hanya sekedar mematuhi regulasi. 

Untuk mewujudkannya, pihaknya membangun rantai pasok biomassa yang akan mengurangi emisi gas rumah kaca dari awal hingga akhir rantai pasok biomassa.

"Dengan memanfaatkan residu dan limbah pertanian perkebunan, maka akan terjadi pengurangan emisi yang berasal dari limbah/residu pertanian perkebunan yang membusuk karena ditimbun atau dibakar, di hilir akan mengurangi emisi PLTU karena substitusi sebagian batubara ke biomassa," ungkapnya.

Selain itu, dalam membangun ekosistem biomassa diperlukan keterlibatan masyarakat dengan melakukan pembibitan dan penanaman tanaman multifungsi di lahan kritis dan marginal.

BACA JUGA:Pertemuan Dengan KJRI Hamburg, Ketua Umum Kadin Lampung Soroti Kasus Ferienjob

Hal ini akan meningkatkan penyerapan karbon oleh tanah dan tanaman.

Senada, Direktur Utama PT RAE Husni Thamrin mengatakan, pihaknya siap bersinergi dalam pengembangan pasokan biomassa yang bersumber dari residu tanaman pertanian perkebunan yang selama ini bertumpuk begitu saja.

"Kami sepakat untuk menyediakan pasokan biomassa yang berasal dari produk samping perkebunan seperti serbuk dari batang singkong, bonggol jagung, sekam padi, karet, limbah pengolahan coklat, kelapa sawit dan produk lainnya yang berbasis pemberdayaan dan/atau keterlibatan masyarakat,” ujar Husni Thamrin.

Diketahui, PLN EPI membangun ekosistem biomassa kerakyatan guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060 salah satunya dengan memanfaatkan Limbah Industri Kayu.

BACA JUGA:Cara Mudah Ajukan Kredit BRIguna untuk Liburan, Cukup dari Rumah Saja

Limbah Batang Singkong diangkut untuk dijadikan Woodchip atau kepingan kayu dan palet sebagai bahan bakar biomassa untuk Co Firing PLTU.(*)

Kategori :