disway awards

Unila, Rumah Tak Ramah

Unila, Rumah Tak Ramah

Bang Aca.--

Tapi menurutnya, ada hal yang lebih penting dari sekadar skor: keberpihakan.

“Dulu, waktu Unila dipimpin Prof. Sugeng, kebijakan kampus memberi ruang yang lebih luas untuk siswa lokal. Tapi sekarang, sejak dipimpin Prof. Lusi, kuota itu makin kecil,” sesalnya.

BACA JUGA:BRI Serahkan Bantuan ke Masjid KH Ahmad Qori Nuri, Dukung Program Eco Masjid dan Penghijauan Nasional

BACA JUGA:Solusi Cerdas Ibu Rumah Tangga, Beli Token Listrik Praktis dengan BRImo

Bang Aca bahkan pernah bertanya langsung ke Prof. Lusi soal rendahnya penerimaan siswa lokal.

Jawabannya: semua lewat sistem nasional. Pendaftaran dibuka untuk seluruh Indonesia. Yang skornya paling tinggi, itu yang diterima. Tidak peduli asalnya dari mana.

Ia tidak membantah sistem itu. Tapi ada satu hal yang membuatnya heran.

“Anak-anak kita yang gagal di jalur nasional, ternyata banyak yang diterima lewat jalur mandiri,” kata Bang Aca.

BACA JUGA:3 Build Nana Paling Sakti di Mobile Legends

BACA JUGA:Mudahkan Transaksi Nasabah Dengan Brimo, Kapanpun dan Dimanapun

Ini yang jadi ganjil: tidak lolos karena skornya rendah, tapi bisa diterima asalkan mampu membayar.

“Kalau memang tidak kompeten, seharusnya tidak diterima juga. Dari jalur manapun,” tegasnya.

Jalur mandiri ini memang punya cerita lain. Tak hanya soal seleksi internal, tapi juga soal uang pangkal.

Jumlahnya tak kecil. Ada yang Rp15 juta. Ada yang Rp20 juta. Bahkan sampai Rp25 juta.

BACA JUGA:Pesan Mobil Online, Wanita Ini Menjadi Korban Penganiayan dan Perampokan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait