Bantu Pasien Tak Mampu, Relawan di Lampung Bergerak Bagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Relawan Di Lampung bantu para pasien tidak mampu. --
RADARLAMPUNG.CO.ID - Pringsewu, Lampung — Di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan dan ekonomi masyarakat, sekelompok relawan di Lampung terus bergerak membantu pasien kanker dan masyarakat yang membutuhkan darah.
Komunitas ini dipimpin oleh M. Arif Sanjaya, seorang aktivis sosial asal Pringsewu yang mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan kemanusiaan tanpa imbalan.
M. Arif mengelola dua komunitas utama, yakni Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung serta Donor Darah Sukarela (DDS) Pringsewu.
Keduanya berfokus pada pendampingan pasien tidak mampu, terutama penderita kanker, serta membantu menyediakan stok darah bagi rumah sakit di wilayah setempat.
BACA JUGA:Perkuat Hilirisasi Produk Pertanian dan Perikanan, Pemkab Pringsewu Gandeng IPB
“Komunitas ini saya bentuk sejak tahun 2018, tepat satu minggu setelah ibu saya meninggal karena tumor. Itu janji pribadi saya kepada beliau — untuk terus membantu orang-orang yang sedang berjuang melawan sakit,” ujar M. Arif Sanjaya, Relawan Sosial Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung, Sabtu (8 November 2025).
Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung aktif memberikan edukasi kesehatan, mengantar pasien ke rumah sakit, hingga mendampingi mereka selama perawatan. Banyak pasien yang dibawa ke RS Abdul Moeloek maupun RS Urip Sumoharjo di Bandar Lampung dengan kondisi kritis.
“Kami pernah dampingi 14 pasien kanker payudara. Hanya dua yang berhasil bertahan hidup, sisanya meninggal di tengah perawatan.
Tapi bagi kami, bisa mendampingi mereka sampai akhir adalah bentuk penghormatan dan ibadah,” ungkap Arif.
BACA JUGA:Soal Tudingan Pungli Pasien, dr. Billy Rosan Kembali Klarifikasi, Sebut Hanya Berikan Opsi
Selain mendampingi pasien kanker, relawan juga membantu pengurusan administrasi BPJS, menyediakan rumah singgah, dan mencarikan pendonor darah melalui jaringan DDS Pringsewu.
Mereka juga berkolaborasi dengan berbagai komunitas seperti ojek online, Persatuan Tuna Netra Indonesia, dan sejumlah organisasi sosial lainnya.
M. Arif mengakui, perjuangan komunitasnya tidak mudah. Hingga kini, mereka hanya memiliki satu mobil ambulans hibah dari seorang anggota marinir, namun kondisinya sudah tidak layak jalan.
“Pernah kami ditilang waktu membawa pasien karena ambulans dianggap tidak memenuhi standar. Tapi kami tidak punya pilihan lain. Ambulans yang layak kadang sulit digunakan masyarakat — harus isi formulir, lapor KTP, bahkan isi bensin sendiri,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
