Lampung Dalam Potret Literasi: Antara Capaian dan Ketertinggalan
Dr. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.--dok pribadi
Bahkan sejak digitalisasi semakin berkembang pesat, pada tahun 2017 fokus Hari Aksara Internasional melebar sampai kepada keterampilan literasi digital.
Momentum setiap tahun, tanggal 8 September menjadi hal reflektif bagi dunia untuk berhenti sejenak dan merenung tentang sesuatu yang sering kita anggap remeh: kemampuan membaca dan menulis.
Esensi merayakan Hari Aksara Internasional bukan hanya sebagai simbol pendidikan melainkan sebagai panggilan hati dari ruang kemanusiaan.
Secara teoretis, terdapat 4 keterampilan berbahasa yang harus dikuasai manusia yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Membaca dan menulis merupakan dua keterampilan yang mungkin bagi banyak dari kita tampak biasa saja tetapi sebenarnya adalah hal itu kunci untuk membuka “dunia”.
Sayangnya, berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics pertahun 2025, masih terdapat sekitar 754 juta orang dewasa yang masih buta aksara di seluruh dunia.
Angka rata-rata melek huruf global (literacy rate) adalah sekitar 86,3 %, sehingga menyisakan sekitar 13,7 % populasi orang dewasa yang masih buta aksara. Dengan demikian, angka buta aksara di dunia masih tergolong tinggi, dengan ratusan juta orang dewasa yang belum mampu menikmati hak dasar untuk membaca dan menulis.
Di balik angka-angka ini, tentu ada wajah-wajah manusia yang terhambat dalam mengakses informasi, pendidikan, dan peluang hidup yang lebih baik.
Meski begitu, harapan tetap besar dengan adanya perhatian global melalui inisiatif seperti Target 4.6 dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), berbagai upaya terus digalakkan agar setiap individu, di manapun berada, memiliki kesempatan untuk melek huruf dan meraih masa depan yang lebih layak.
SDGs sendiri adalah sebuah rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin-pemimpin dunia termasuk Indonesia, yang memiliki tujuan menamatkan kemiskinan, mengurangi kesenjangan sosial dan melindungi lingkungan dunia.
Bahkan, sejak digitalisasi semakin berkembang pesat, pada tahun 2017 fokus Hari Aksara Internasional melebar sampai kepada keterampilan literasi digital.
Itu adalah potret dunia, Indonesia tentu menjadi bagian di dalamnya dan yang lebih khusus lagi Lampung pula menjadi bagian dari penyumbang data dunia.
Bagaimana dengan potret literasi di Provinsi Lampung?
Sebelum menuju kupasan hal tersebut, saya ulas lebih dahulu secara konseptual bahasa dan aksara.
Bahasa muncul sebagai hasil dari evolusi biologis, kebutuhan sosial, dan perkembangan simbolik manusia. Ia menjadi "disepakati" karena manusia adalah makhluk sosial yang membentuk makna bersama melalui komunikasi terus-menerus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
