Tiga Pilar Utama Fondasi Kerja Sama Lampung–Bengkulu: SDM Unggul, Pangan Mandiri, dan Hilirisasi Komoditas
Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal dan Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan.---Sumber foto : Diskominfotik.---
RADARLAMPUNG.CO.ID - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung dan Pemprov Bengkulu resmi menandatangani kesepakatan bersama (MoU) tentang pengembangan potensi daerah dan pelayanan publik, pada Kamis 27 November 2025.
Kerja sama ini dilakukan di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur Lampung. Penandatanganan dilakukan langsung oleh Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal bersama Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan.
MoU ini menandai penguatan sinergi strategis kedua provinsi dengan menempatkan tiga pilar utama sebagai fokus kerja sama, yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), kemandirian pangan dan ekonomi inklusif, serta hilirisasi komoditas unggulan.
Gubernur Mirza, menegaskan kerja sama ini merupakan momentum bersejarah untuk mempererat kolaborasi dua daerah yang memiliki akar sejarah yang sama di Sumatera bagian selatan.
BACA JUGA:Helmi Hasan Pastikan Ikut 3 Hari Penuh Ijtimah Ulama Indonesia Berdoa 2025 di Kota Baru
Menurutnya, sinergi ini diarahkan untuk mendorong kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara berkelanjutan.
“Kerja sama ini tidak hanya bicara administratif, tetapi menyentuh langsung masa depan masyarakat. Tiga pilar ini menjadi fondasi utama agar pembangunan berjalan terarah dan berdampak nyata,” ujar Mirza, Kamis 27 November 2025.
Pilar pertama, peningkatan kualitas SDM. Mirza menekankan bahwa SDM unggul menjadi kunci menuju Indonesia Emas 2045. Namun ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap masih tingginya angka lulusan SMA dan SMP di Lampung yang tidak melanjutkan pendidikan.
“Kondisi ini melahirkan SDM yang tidak memiliki daya saing, rentan menganggur dan berdampak pada persoalan sosial seperti meningkatnya angka TKI dan perceraian,” jelasnya.
BACA JUGA:Unila Bedah Buku 'Indonesia Naik Kelas'
Ia menegaskan pembangunan SDM harus berbasis moral, integritas, dan nilai-nilai keagamaan yang dimulai dari lingkungan keluarga, sehingga pembangunan tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga kokoh secara spiritual.
Pilar kedua, kemandirian pangan dan ekonomi inklusif. Kerja sama juga diarahkan untuk memperkuat kemandirian pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Ketersediaan pangan murah dan terjangkau disebut sebagai prioritas utama guna menjaga stabilitas harga dan menekan laju inflasi.
“Pertumbuhan ekonomi harus terintegrasi dengan masyarakat lokal. Jangan sampai rakyat hanya menjadi penonton di daerahnya sendiri,” tegas Mirza.
Pilar ketiga, hilirisasi komoditas unggulan. Pada pilar ketiga, Mirza mendorong hilirisasi komoditas unggulan seperti kopi dan sawit yang dimiliki kedua provinsi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
