Kisah Ida Mustika Zaini Merintis Sekolah Luar Biasa Pertama di Lampung

Kisah Ida Mustika Zaini Merintis Sekolah Luar Biasa Pertama di Lampung

RADARLAMPUNG.CO.ID-Semuanya bermula di tahun 1980. Saat itu, tidak banyak yang perduli pada pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di Provinsi Lampung. Bahkan, tidak ada satupun Sekolah Luar Biasa (SLB) tersedia di Lampung saat itu. Laporan Rimadani Eka Mareta/Bandar Lampung Ida Mustika Zaini terdiam sejenak. Pikirannya berkelana ke tahun awal saat berjuang merintis pendirian SLB PKK Provinsi Lampung. SLB pertama bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Di tahun 1980, Ida merupakan pengurus Tim penggerak PKK Provinsi Lampung. Saat itu, Ida merasa miris tidak ada satupun sekolah khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Lampung. Karenanya, sebagai anggota perencanaan PKK, Ida mengusulkan agar PKK mendirikan SLB. Tidak ingin usulannya mentah begitu saja, PNS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Lampung itu pun menggalang dukungan dari rekan-rekan sekantor. Beruntung, ide tersebut juga sampai ke telinga Gubernur Lampung saat itu, Yasir Hadibroto. Alhasil, langkah Ida semakin mudah. Dia bahkan langsung berkoordinasi dengan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Lampung yang dijabat istri Yasir Hadibroto. \"Saat itu saya PNS di Dinas Pendidikan dulu Depdikbud. Saya didukung dengan Pak Jamal, salah satu kepala biro saat itu. Akhirnya, Gubernur Lampung mengizinkan memberikan tanah dua hektar. Lama-lama lama keluar sertifikatnya. Jadi awalnya, lahan itu milik Pemda, SLB hanya hak pakai saja,\" jelasnya. Maka, pada tahun 1981, dibangun dua ruang kelas. Awalnya, hanya ada dua orang guru dan lima orang murid. Itupun, kata Ida, dirinya harus mencari satu per satu. Bahkan harus meyakinkan orang tua untuk mengajak anaknya untuk sekolah. Itu tidak mudah. Banyak orang tua saat itu malu untuk menyekolahkan anaknya. Berbeda dengan saat ini. Ida mengungkapkan, saat ini orang tua justru bangga dengan anak-anak yang sudah disekolahkan. Anak-anak bisa bernyanyi, memasak, bahkan menjadi montir. Namun Ida tak surut langkah. Suara Ida semakin menggebu saat menceritakan kisah nya, umurnya yang sudah menginjak 86 tahun itu tak melunturkan niatnya sejak awal. Ya, tidak hanya sekedar membangun. Sejak sekolah berdiri hingga 24 Juni ia serahkan sekolah tersebut ke Pemprov Lampung, Ida masih aktif menjadi ketua Yayasan. Ida juga berjibaku meyakinkan berbagai elemen masyarakat untuk membantu SLB PKK Provinsi Lampung. Bahkan Istana Kepresidenan pun ia hampiri. \"Saya sampai ke Istana untuk mencari dana. Karena kan saya juga harus terus mengembangkan SLB ini, agar bisa terus berjalan,\" bebernya. Seketika, matanya berbinar. Pancaran matanya nampak berkaca. Sembari ia mengatakan dia terus berupaya mencari donatur untuk membangun SLB. Bagi Ida, dirinya tak masalah jika lelah. Dirinya hanya senang dalam bekerja. Jika lelah, Ida mengaku akan berhenti dan beristirahat sejenak, untuk kemudian kembali lagi mengembangkan sekolah luar biasa pertama di Lampung itu. Padahal, ditengah-tengah dirinya mengurus pendirian SLB, sang suami Muhammad Zaini, meninggal di tahun 1982. Kala itu, salah satu anaknya bahkan masih bersekolah di sekolah dasar. \"Saya memang senang kerja, saya punya motto tiap hari tanpa kegiatan. Saya bekerja terus mana yang diperlukan orang, kalai capek ya saya istirahat. Tapi setiap kemanapun selalu dapat sambutan,\" jelas Ida. Selanjutnya, SLB PKK Provinsi Lampung resmi dibuka dengan awal murid hanya 18 orang. Pelajaran pertama di mulai belajar 2 Desember 1982, ruang kelas saat itu ada dua, yang isinya untuk ruangan tuna rungu 8 orang dan tuna mental 10 orang. Hingga kini, sekolah tersebut terus berkembang. Total murid hanya sebanyak 250 anak. Guru di SLB sebanyak 24 orang. Namun, 24 Juni lalu, SLB PKK Provinsi Lampung resmi beralih menjadi SLB PKK Negeri Provinsi Lampung. Kepengurusan dan pengelolaan kini dibawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung. Ida, wanita kuat yang lahir pada 25 Juni 1935 itu mengaku sudah cukup mengabdi selama 40 tahun di SLB PKK Provinsi Lampung. Ida sengaja melepaskan tugas yang dia emban bertahun-tahun, karena saat ini siswa semakin banyak. Sementara kebutuhan pembayaran guru belum cukup jika dibandingkan dengan biaya sekolah per anak dalam satu bulan hanya Rp15 ribu. Karena itulah, yang juga ibu dari enam anak, 15 cucu dan lima cicit itu, kini menyerahkan semuanya kini ke Pemprov Lampung. Statusnya pun menjadi SLB negeri. Ida berharap, kemajuan terus dimunculkan di SLB tersebut. \"Saya harapkan, sekolah ini sudah jadi negeri jangan merosot, dan terus berkembang. Apalagi sekarang dananya bisa dari Pemprov Lampung. Dulu bisa dapat APBD tapi sebelum nya nyari sendiri. Sekarang apalagi zaman Covid-19. Sehingga SLB PKK tetap bisa memberikan pelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Lampung,\" tambahnya. Berbagai penghargaan ucapan terima kasih tak luput ia terima. Dedikasinya dalam membangun SLB PKK Provinsi Lampung mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Teranyar, Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi turut memberi apresiasi. Begitu pula Ketua TP PKK Provinsi Lampung, Riana Sari Arinal, dalam dedikasi Ida selama membangun SLB TP PKK Provinsi Lampung. (rma/wdi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: