Itera Dorong Generasi Muda Paham Mitigasi Bencana
radarlampung.co.id- Generasi muda didorong lebih untuk bisa memahami langkah mitigasi bencana. Tidak hanya ketika bencana terjadi, tetapi juga berusaha mengurangi risiko yang ditimbulkan akibat sebuah bencana lewat pengetahuan dan teknologi yang terus dikembangkan. Pemahaman generasi muda terhadap risiko bencana, dinilai mampu mengubah tatanan masyarakat yang lebih tanggap bencana. Hal tersebut menjadi intisari dari kegiatan Seminar Nasional Kebencanaan yang diadakan Unit Pelaksana Teknis Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (MKG) Institut Teknologi Sumatera (Itera), di Aula Gedung Kuliah Umum, Selasa (17/9). Rektor Itera yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Non Akademik Itera, Prof. Dr. Sukrasno, M.S., menyebut, sebagai Institut Teknologi yang didirikan untuk menjawab permasalahan di Pulau Sumatera, Itera memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tentang mitigasi bencana. Terlebih, Pulau Sumatera dan Lampung khususnya termasuk daerah yang rawan bencana, baik gempa, tsunami dan potensi bencana lain. “Bencana selalu menimbulkan kerugiaan materil dan korban jiwa. Sehingga, Menteri Riset dan Teknologi juga meminta perguruan tinggi memasukkan mitigasi bencana dalam kurikulum. Oleh sebab itu, Itera melalui UPT MKG mencoba untuk memberikan pelayanan terkait mitigasi bencana,” ujar Prof. Sukrasno, Senin (17/9). Sementara, Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia, Ir. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., dalam pemaparannya menyampaikan, edukasi mitigasi bencana perlu diberikan kepada generasi muda terkhusus pelajar dna juga mahasiswa. Sebab, kedepan, generasi muda yang akan banyak berperan, baik dalam perencanaan hingga penyusunan regulasi dan kebijakan yang perlu diambil guna mengurangi dampak sebuah bencana. “Bencana pasti akan terjadi, tetapi kapan waktunya yang belum diketahui. Yang menjadi masalah, regulasi kita sudah cukup banyak, namun pelaksanannya yang masih sangat minim. Selain itu perencanaan berbasis mitigasi bencana juga belum teralisasi, sehingga tugas mahasiswa adalah menjadi pengingat kita bahwa Lampung perlu perencanaan untuk menghadapi bencana di masa yang akan datang,”ujar Harkunti. Harkunti menyebut, bangsa Indonesia sebenarnya telah diakui sebagai penyedia layanan tsunami di dunia dan mampu memberikan informasi tentang tsunami ke 28 negara. Di kawasan Samudera Hindia hanya ada tiga Negara yang dapat melakukan hal tersebut yakni, Australia, India dan Indonesia. Meskipun, teknologi canggih yang dimiliki oleh Indonesia, hanya mampu mendeteksi tsunami yang diakibatkan oleh gempa tektonik. “Peralatan kita sudah sangat canggih, namun dari bencana tsunami di Palu dan Selat Sunda lalu, kita kembali diingatkan, bahwa tsunami juga dapat disebabkan oleh faktor selain gempa tektonik, seperti longsoran kaldera, atau bahkan akibat hujan meteor yang mungkin saja ke depan terjadi,”ujar dosen ITB itu. (rls/rur/wdi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: