Selama Dua Tahun, Museum Lampung Terima 26 Hibah Benda Pusaka
Foto dok. Radar Lampung - Salah satu warga menyerahkan benda pusakan jenis keris ke Museum Lampung beberapa waktu lalu.--
BANDAR LAMPUNG, RADARLAMPUNG.CO.ID -Museum Provinsi Lampung telah menerima sebanyak 26 benda yang dianggap pusaka kuno dari hibah masyarakat dalam dan luar Lampung, selama dua tahun belakangan ini.
Kepala Museum Lampung Supriyanto mengatakan bahwa ke-26 benda tersebut berupa kerìs dan pedang hasil penyerahan sukarela dari masyarakat.
"Kalau temuan atau artefak baru tidak ada karena kalau artefak harus diteliti oleh tim arkeologi baru diserahkan ke kami, tapi kalau hibah dari milik masyarakat berupa keris dan samurai selama dua tahun belakangan jumlahnya ada 26 buah etnografi atau senjata keris dan pedang ciri khas suku tertentu, dari masyarakat, " kata Budi, Minggu 22 Oktober 2022.
Kata Budi, benda seperti keris dan pedang ini bukan hanya sebagai konteks benda tajam untuk perlindungan diri saja, melainkan seperti pusaka yang dipercaya secara turun temurun.
BACA JUGA:Kabar Baik, Pemkab Pesawaran Bakal Kembali Anggarkan Hibah kepada LKS
"Simbol dari kepemimpinan adat, yang punya diantaranya juga ada diwariskan leluhurnya. Tapi kebanyakan mereka tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi sejarah benda-benda ini (sejarah dan kegunaan), kemudian penjelasan ini harus kita gali kalau mau tahu tentang itu," jelasnya.
Budi menjelaskan benda-benda tersebut berasal dari berbagai daerah yang ada di Lampung maupun luar Lampung.
"Macam-macam ya ada yang dari Lampung Selatan dan Lampung lainya. bahkan ada dari Jakarta yang dulunya orang Lampung dan keluarganya semua pindah kesana jadi dihibahkan ke kami," ungkap Budi.
Meski proses indentifikasi awal sudah dilakukan terhadap benda-benda itu, selanjutnya tidak serta merta benda-benda tersebut bisa langsu dipamerkan kepada khalayak.
BACA JUGA:Realisasi Bantuan Bedah Rumah di Pesawaran Sudah Mencapai 100 Persen
Namun memerlukan proses panjang lagi nantinya agar siap untuk diperlihatkan dan mengedukasi masyarakat melaui peninggalan.
"Tidak bisa langsung dipajang karena kita juga melihat kelayakan, kalau pameran itu bangun cerita kalau tidak terlalu mendukung kita carikan pameran yang bisa mendukung cerita apa jadi kita tidak lagi menggelar pameran berdasarkan klasifikasi benda, karena belum tentu mendukung cerita yang akan kita sampaikan," tandas Budi. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: