Ternyata, Kesenian Tiban Bukan Hanya Ritual Meminta Hujan, Ini Sejarahnya
Dampak dari musim kemarau yang terjadi hingga Agustus 2023 ini sangat dirasakan masyarakat di seluruh Indonesia, terutama bagi para petani.--
RADARLAMPUNG.CO.ID - Dampak dari musim kemarau yang terjadi hingga Agustus 2023 ini sangat dirasakan masyarakat di seluruh Indonesia, terutama bagi para petani.
Pasalnya, pada saat musim kemarau lahan pertanian khususnya untuk tanaman perladangan akan mengalami kekurangan air.
Akibatnya, pertumbuhan tanaman agang terganggung dan dampak terburuknya mengalami gagal panen.
Agar dampak buruk musim kemarau yang tidak diharapkan itu terjadi, berbagai cara dilakukan masyarakat.
BACA JUGA:Kabupaten di Lampung Ini Ternyata Punya 19 Puskesmas Rawat Inap, Bagaimana Fasilitasnya?
Antara lain dengan menyedot air menggunakan mesin pompa untuk mengairi ladangnya.
Persoalannya, pada saat musim kemarau sumber air yang diambil dari sungai biasanya ikut mengering.
Cara lain, masyarakat di sejumlah daerah melakukan ritual untuk meminta hujan. Salah satunya, menggelar Tari Tiban.
Tarian tersebut, berasal dari kata tiba dalam bahasa Jawa yang berarti jatuh. Arti lain, timbulnya sesuatu yang tidak terduga sebelumnya.
BACA JUGA:Anti Gagal! Ini Syarat Mudah Lolos Verifikasi Pinjaman Saldo Dana KUR Bank BRI
Dalam hal ini, Tiban bermakna turunnya hujan dengan mendadak. Karenanya, ritual Tari Tiban bertujuan untuk meminta hujan kepada tuhan yang maha esa.
Kesenian Tiban merupakan suatu bentuk tarian dengan permainan adu kekuatan daya tahan tubuh dengan menggunakan cambuk yang terbuat dari 15 buah lidi daun aren yang dijalin menjadi 1.
Di beberapa bagian diberikan suli, yaitu pengikat terbuat dari anyaman kulit pelepah aren yang teranyam halus.
Untuk satu cambuk diperlukan 3 ikat yang dipilih lagi menjadi satu. Masing-masing ikatan terdiri dari 5 buah lidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: