Kabau: Superfood Lokal yang Berpotensi Jadi Nutraceutical Masa Depan
Biji Kabau atau Julang Jaling.-Foto Elisa.-
Oleh: Elisa Nurma Riana (Mahasiswa Program Doktor Biologi Universitas Gadjah Mada dan Dosen Prodi Biologi Institut Teknologi Sumatera)
Kabau atau julang-jaling (Archidendron bubalinum) merupakan tanaman yang masih berkerabat dekat dengan jengkol dan banyak ditemukan di hutan Sumatera.
Di wilayah Indonesia yang lain, masyarakat kurang familiar bahkan tidak pernah melihat tanaman ini. Masyarakat biasanya memanfaatkan biji kabau untuk pelengkap makanan atau lalapan dan juga diolah sebagai masakan.
Rasa dan bau kabau lebih menyengat daripada jengkol sehingga masyarakat enggan untuk memakan biji kabau. Penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa biji kabau selain mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh (karbohidrat, lemak dan protein) juga mengandung senyawa fitokimia yang berkhasiat menjadi obat herbal alami.
Sehingga, dengan mengkonsumsi kabau maka secara langsung juga membuat kita menjadi lebih sehat dan terhindar dari penyakit atau kelainan metabolisme tubuh.
Kandungan senyawa dan manfaat Kabau, Biji kabau memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan. Hasil penelitian yang sudah tim kami lakukan menjelaskan bahwa biji kabau mengandung senyawa fitokimia fenolik, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid.
Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong kuat sehingga dapat meningkatkan kesehatan tubuh. Konsumsi senyawa antioksidan alami dari tanaman secara langsung dapat mencegah berbagai penyakit akibat paparan oksidan dari lingkungan
Tanaman kabau juga mengandung senyawa asam lemak (hexadecanoic acid dan octadecanoic acid) yang memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi dan hepatoprotektor.
Tanaman kabau dapat bersifat antibakteri terhadap bakteri penyebab penyakit antara lain: Stapylococcus aureus (penyebab bisul), Escherichia coli (penyebab diare), S. epidirmidi (penyebab jerawat).
Penelitian lain menjelaskan bahwa kabau dapat bersifat sebagai antidiabetes. Hal ini dikarenakan kabau mengandung senyawa astilbin dan phlorizin yang merupakan senyawa turunan dari senyawa polifenol.
Dua senyawa tersebut dapat menghambat kinerja enzim glukosidase sehingga menghambat pemecahan glikogen menjadi glukosa. Hal ini dapat menjaga kadar gula darah tetap normal dan secara langsung mencegah penyakit diabetes.
Kabau juga diduga memiliki aktivitas antikanker. Meskipun tidak ada penelitian yang secara spesifik menggunakan kabau, namun penelitian tentang aktivitas antikanker pada genus tanaman yang sama memperlihatkan adanya aktivitas antikanker pada genus Archidendron, salah satunya jengkol.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa jengkol dapat menghambat perkembangan sel kanker dengan mekanisme apoptosis (kematian) pada sel kanker.
Adanya manfaat nutraceutical dari kabau ini membuat kabau penting untuk dibudidayakan. Sejauh ini, tanaman kabau hanya ditemukan di Sumatera dan sebagain kecil wilayah di Kalimantan. Beberapa masyarakat juga menanam kabau namun tidak begitu banyak.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
