Kisah Pilu Bocah Korban Human Trafficking: Serasa Hidup Sebatang Kara hingga Terpaksa Putus Sekolah

Kisah Pilu Bocah Korban Human Trafficking: Serasa Hidup Sebatang Kara hingga Terpaksa Putus Sekolah

Foto ilustrasi korban human trafficking. (Pixabay)--

RADARLAMPUNG.CO.ID - Berusaha Pulih. Itulah yang tengah dilakoni korban human trafficking di Bandar Lampung.

Di usianya yang masih 13 tahun, ia harus merasakan trauma yang luar biasa.

Kerasnya kehidupan, kurangnya kasih sayang orang tua, menjadi akar dari hancurnya masa depan bocah malang ini.

Sedih, hancur, dan bingung itulah yang ia rasa saat ini.

BACA JUGA:34 Orang Diamankan Terkait OTT Bupati Pemalang, Barang Bukti Uang Pecahan Jadi Barang Bukti

Di deretan rumah bedeng ia hidup bersama kakek dan neneknya.

Gadis malang itu bercerita melalui pengacaranya, sampai saat ini keluraga dan korban belum mau bertemu siapapun.

Setiap malam sang kakek berkerja menjaga rumah orang lain untuk membayar sewa rumah Rp 500 ribu per bulan.

Ibunya berkerja di Jakarta dan ayahnya hidup bersama ibu sambung dan kedua adiknya.

BACA JUGA:Jumat Bersih, Mendag Zulkifli Hasan Bakar Pakaian Bekas Senilai Rp 8,5 Miliar

Sehingga ia bingung, kepada siapa ia bisa mengadu? Dan mungkin, inilah yang menjadi penyebab mengapa bocah di bawah umur ini terjebak salah satu kejahatan: perdagangan manusia.

Semestinya, anak seusianya harusnya sekolah. Tapi ini tidak. Alasannya, gadis malang ini tidak mampu membeli ponsel untuk mengikuti kegiatan belajar.

"Hal itu terjadi tahun 2019 saat dirinya masih duduk dikelas 1 SMP," ucap Agus Bhakti Nugroho yang merupakan pengacara korban human trafficking tersebut,yang sedang mendampingi di sebelah korban yang sedang duduk di mobil.

Di dalam mobil sang pengacara, pukul 14.36 WIB hanya satu kata yang terucap dari gadis malang itu: "Pulang". 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: