Pertemuan Anies Baswedan dan Ahmad Heryawan di PKS Bahas Masalah Ini

Pertemuan Anies Baswedan dan Ahmad Heryawan di PKS Bahas Masalah Ini

Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bertemu dengan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di kantor DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jalan TB Simatupang, Jakarta. (foto dok. radarlampung.co.id)--

BACA JUGA:Tingkatkan Output Penelitian, LP2M UIN RIL Adakan Pelatihan Penelitian Kolaborasi Nasional

"Kita lakukan baik lewat pemerintah melalui APBD mapun melalui relawan-relawan kita di lapangan. Kita menjadi masyarakat sipil yang menjadi mitra negara dalam membangun Indonesia yang lebih baik.”

Aher mengatakan, meski pembangunan diukur dari pertumbuhan ekonomi makro, namun dampaknya harus bisa juga untuk sampai pada level mikro.

“Kesejahteraan masyarakat pada level yang paling bawah juga (harus) terdampak (dari pembangunan),” katanya.

Anies Baswedan yang hadir dalam kapasitasnya sebagai pendiri gerakan Indonesia Mengajar menegaskan bahwa masalah utama pendidikan di Indonesia adalah guru.

BACA JUGA:Maling di Pringsewu tak Mengaku, Polisi Temukan BB di Rumah

Mereka yang berprestasi di kampus tidak berminat menjadi guru dan lebih memilih profesi lain.

Apalagi menjadi guru di daerah-daerah pedalaman dan terpencil.

“Padahal sebenarnya mereka ini mau menjadi guru, yang tidak mau adalah menjadi guru seumur hidup. (Maka) kami tawarkan mereka insentif non material. Kami tidak pernah menawari mereka rupiah, karena mereka pasti akan membandingkannya dengan di kota. Kami tawarkan apakah mereka mau punya bekas yang akan terus diingat seumur hidup oleh anak-anak di pedalaman ini. Sesuatu yang mulia harus diturunkan dengan sesuatu yang rasional,” ungkapnya.

Anies mengatakan bahwa ada dua pendekatan ketika melakukan aktifitas sosial, yaitu program dan gerakan.

BACA JUGA:Bupati Lampung Timur Pimpin Upacara Peringatan ke-94 Hari Sumpah Pemuda

Sifat program adalah pelakunya hanya terbatas pada mereka yang terlibat di dalamnya, sedangkan gerakan lebih melibatkan sebanyak mungkin masyarakat.

Hampir semua kegiatan kita bersifat program sehingga orang-orang yang berada di luar program hanya akan menjadi penonton.

"Republik ini tidak dibangun dengan program, tapi dengan gerakan. Misalnya, saat awal merdeka, ada 95 persen penduduk Indonesia yang buta huruf. Pemerintah lalu membuat gerakan untuk memberantas buta huruf dengan mengajak masyarakat yang bisa membaca untuk mengajar mereka yang buta huruf.  Bung Karno tahun 1948 mengajak masyarakat yang melek huruf di alun-alun Yogyakarta untuk mengajar,” jelasnya.

Dalam bahasa terkini, tutur Anies, gerakan adalah kolaborasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: