Bak Pepatah Gajah Mati Tinggalkan Gading, Ini Kisah Radin Inten II yang Jadi Nama Bandara di Lampung

Bak Pepatah Gajah Mati Tinggalkan Gading, Ini Kisah Radin Inten II yang Jadi Nama Bandara di Lampung

Patung Raden Inten II di kompleks makamnya di Lampung Selatan. Bak Pepatah Gajah Mati Tinggalkan Gading, Ini Kisah Radin Inten II yang Jadi Nama Bandara di Lampung--youtube @dunia indra

Jalannya pemerintahan kemudian diambil alih Dewan Perwalian yang dikontrol oleh Belanda.

Meski Radin Inten II tidak pernah mengenal sosok ayah kandungnya, namun semangat dan jiwa nasionalismenya menurun.

Ini tidak lepas dari cara sang ibu yang selalu menceritakan perjuangan Radin Imba II kepada Radin Inten II. Tekad perjuangan ini terus dibawa Radin Inten II hingga Ia dinobatkan sebagai raja.

BACA JUGA:Akhirnya Minta Maaf, Yuk Simak Juga Profil Rocky Gerung Beserta Prestasi dan Kontribusinya di Dunia Demokrasi

Radin Inten 2 tanpa ragu menggelorakan semangat perjuangan. Ia turun langsung memimpin rakyat Lampung Selatan untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya.

Perjuangan Radin Inten II ini didukung luas oleh rakyat Lampung Selatan. Bahkan sejumlah tokoh dari daerah lain juga turut mendukung.

Salah satunya adalah seorang tokoh Banten Kyai Haji Waqiah. Sebelumnya, sosok ini sebelumnya juga melakukan perlawanan terhadap Belanda di Banten. Karena kalah, Ia menyingkir ke Lampung.

BACA JUGA:Profil Agus Fathoni, Kandidat Kuat Pj. Gubernur Lampung

Tokoh lain yang juga menjadi pendukung utama Radin Inten II ialah Singa Beranta Saibatin Marga Rajabasa.

Kolaborasi para tokoh ini cukup merepotkan Belanda. Mereka menggerakkan perlawanan dengan menyerang pos-pos militer Belanda di berbagai daerah seperti Semaka dan Sekampung.

Radin Inten II juga membangun dan memperkuat benteng-benteng yang sudah ada. Dua benteng yang terkenal adalah Benteng Bendulu dan Benteng Ketimbang. 

BACA JUGA:Profil Mayor Jenderal TNI Erwin Djatniko Mantan Danrem 043/Gatam yang di Mutasi Jadi Pangdam III/Siliwangi

Benteng ini biasanya berada di lereng gunung yang terjal. Sehingga musuh sangat sulit untuk mencapainya. Benteng ini juga dipersenjatai meriam dan senjata tradisional lainnya. Radin Inten II juga menyiapkan bahan makanan berupa beras dan hewan ternak sebagai antisipasi jika perang berlangsung lama.

Perlawanan ini membuat Belanda gerah. Apalagi, selama 16 tahun terakhir baru kali itu muncul kembali perlawanan di wilayah Lampung Selatan.

Akhirnya, pada tahun 1851, Belanda mengirim pasukan dari Batavia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: