Terus Merugi, Petani Singkong di Lampung Kini Sudah Putus Asa

--
Maka total bersih pendapatan petani singkong hanya Rp590 per kilogram.
Masalah yang terjadi di lapangan, truk-truk pengangkut singkong mereka umumnya harus menunggu antrean. Antrian ini bisa memakan waktu 2 hari.
BACA JUGA:Mirza Komitmen Stabilkan Harga Singkong di Lampung Tengah
BACA JUGA:Harga Singkong di Mesuji Turun, Senyum Petani makin Redup
Jika harus menunggu, maka membutuhkan biaya tambahan untuk sopir.
Besarannya bisa mencapai Rp350 ribu per 1 truk. Maka pendapatan bersih yang diterima petani sudah di bawah Rp515 perkilo.
Dan sopirpun enggan menunggu dalam waktu lama karena mereka juga akan rugi jumlah rate angkutan.
Jadi dengan skema harga dan rafaksi terbaik saja, petani sudah merugi.
BACA JUGA:Promo Home Care Alfamart Khusus Deterjen Murah, Cek Produk Diskon Hingga 47 Persen
Bayangkan kalau pabrikan menerapkan rafaksi di atas 35 persen.
Maka petani singkong kian menjerit. Menangis tanpa lagi bisa mengeluarkan air mata.
Itulah akhirnya petani lebih memilih menjual ke lapak-lapak saja. Harga lapak antara Rp950-Rp1.050 per kilogram dengan rafaksi rata rata 33-37 persen.
Meskipun hanya menerima Rp700 dipotong upah cabut dan angkut Rp210 maka yang diterima bersih hanya Rp 490/500 per kilogram. Terpaksa karena menghindari resiko yang lebih besar lagi.
BACA JUGA:Promo Alfamart Hari Ini, Diskon Hingga 40 Persen Kategori Produk Health Care Fair
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: