Terus Merugi, Petani Singkong di Lampung Kini Sudah Putus Asa

Terus Merugi, Petani Singkong di Lampung Kini Sudah Putus Asa

--

BACA JUGA:Ratusan Kendaraan Terjebak Macet Akibat Aksi Demonstrasi Petani Singkong di Lampung Timur

Bahkan, di antaranya adalah orang orang pabrik itu sendiri yang membuat lapak demi memperoleh singkong dalam jumlah banyak. 

Selain itu, tujuannya tentu untuk mendapatkan harga singkong yang jauh lebih murah. 

Seperti yang diungkapkan Yusuf, Ramli, Sepriyadi, dan Zakariah, warga Tulang Bawang Barat. Mereka ini memiki sekitar 12 hektare lahan singkong.

Pada panen minggu lalu, dari 12 Ha itu mereka hanya mendapatkan uang lebih dari selisih biaya dan pendapatan hanya Rp2,9 juta keseluruhan.

BACA JUGA:Pasca Disidak Tim Pansus, Perusahaan Satu Ini Mendadak Naikkan Harga Singkong Jadi Rp 1.400 per Kg

BACA JUGA:Pansus Tata Niaga Singkong Kunjungi Lamteng, Desak DKPTPH Lakukan Langkah Tanggap

“Jadi per 1 haktare tidak sampai Rp300 ribu. Kalau dihitung dari biaya transportasi untuk sekadar memantau kebun, rasanya saya tidak dapat apa-apa. Bahkan rugi untuk investasi selama 11 bulan,” ujar Yusuf kepada Radar Lampung. 

Radar Lampung mencoba mengambil harga terbaik untuk petani, yakni Rp 1.350 perkilo dengan rafaksi 35 persen.

Maka harga yang diterima petani dari pabrik adalah Rp 877. Dikurangi biaya cabut dan transportasi Rp 210. Berarti hanya tersisa Rp 667. 

Selain itu petani singkong juga harus menanggung biaya lain lain. 

BACA JUGA:Prihatin Soal Harga Singkong di Lampung, Mirza: Jangan Sampai Berlarut-larut, Harus Ada Pembahasan Mendalam!

BACA JUGA:Geruduk Kantor Gubernur Lampung, Petani Pertanyaan Penerapan Harga Singkong Terbaru

Seperti  biaya makan dan minum serta rokok sopir, biaya satpam, biaya bongkar muat, biaya gorengan pekerja dan lain-lain. 

Jumlah ini bisa mencapai Rp 350-Rp 400 ribu per 1 truk. Jika dihitung total biaya biaya ini bisa mencapai Rp75 ribu per ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: