disway awards

Asperti Lampung Dukung SK Harga Singkong, tapi Minta Gubernur Tinjau Ulang Implementasi di Lapangan

Asperti Lampung Dukung SK Harga Singkong, tapi Minta Gubernur Tinjau Ulang Implementasi di Lapangan

Asperti menilai SK harga singkong langkah maju, namun meminta kajian ulang sebab banyak pabrik tutup sehingga berdampak pada petani dan sektor pendukung.-Foto Dok. Radarlampung.co.id-

RADARLAMPUNG.CO.ID – Asosiasi Petani Ubi Kayu dan Tanaman Industri (Asperti) Lampung menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Gubernur Lampung yang menetapkan harga dasar singkong sebesar Rp1.350,15 per kilogram melalui SK terbaru.

Kebijakan itu dinilai sebagai terobosan penting yang memperkuat keberpihakan pemerintah terhadap petani.

Namun Asperti meminta Gubernur Mirza meninjau ulang pelaksanaan kebijakan tersebut karena ditemukan sejumlah pabrik tutup di berbagai wilayah Lampung.

Ketua Asperti Lampung, Syofuan Ismail, menyebut keputusan harga singkong merupakan langkah berani dan revolusioner dalam memperjuangkan kesejahteraan petani ubi kayu.

BACA JUGA:Akibat Judi Online, Bansos Gagal Cair

“Keputusan ini adalah terobosan yang menunjukkan kuatnya komitmen beliau untuk berpihak kepada petani, khususnya petani ubi kayu di Lampung,” ujar Syofuan, Selasa 18 November 2025.

Syofuan menyampaikan bahwa Asperti telah melakukan peninjauan lapangan ke beberapa kabupaten seperti Tulangbawang Barat, Tulang Bawang, Mesuji, dan sebagian Lampung Tengah.

Dalam kunjungan itu, hampir seluruh pabrik yang ditemui berada dalam kondisi tidak beroperasi.

“Kami melihat banyak pabrik tutup, dan meskipun belum berdialog langsung dengan pemilik, kondisi ini tetap menimbulkan pertanyaan,” katanya.

BACA JUGA:Tak Perlu ke Puskesmas, Layanan Keliling Tubaba Q Sehat Jemput Warga Sampai Tiyuh

Ia menilai ada beberapa kemungkinan penyebab, mulai dari kendala modal hingga kerugian akibat harga yang ditetapkan pemerintah.

Dirinya juga menyinggung dugaan bahwa sebagian pengusaha tidak mematuhi SK Gubernur.

Kondisi ini berdampak pada petani ubi kayu serta sektor lain yang bergantung pada aktivitas pabrik.

Petani onggok, sopir truk pengangkut singkong, dan peternak yang memanfaatkan ampas onggok sebagai pakan turut terdampak karena pasokan terhenti.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: