Potensi Senyawa Fenolik dan Modifikasi Struktur Turi yang Punya Aktivitas Antituberkulosis dan Anti Kanker

Potensi Senyawa Fenolik dan Modifikasi Struktur Turi yang Punya Aktivitas Antituberkulosis dan Anti Kanker

Potensi Senyawa Fenolik dan Modifikasi Struktur Turi yang Punya Aktivitas Antituberkulosis dan Anti Kanker--campus.quipper.com

Penelitian selanjutnya mengungkapkan bahwa jus daun S. grandiflora menunjukkan aktivitas antiurolitik yang signifikan terhadap batu jenis kalsium oksalat dan bersifat antioksidan (Doddola et al., 2008). Selain itu, ekstrak n-heksana biji S. grandiflora menunjukkan aktivitas antioksidan, anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik (Shareef et al., 2012).

3.3 Studi Fitokimia Sebelumnya pada S. grandiflora

Penyelidikan fitokimia paling awal pada S. grandiflora dimulai pada 1960-an. Senyawa alkohol sederhana pertama, α-5-metil-5-pentakosanol atau grandiflorol (1), diisolasi dari daun S. grandiflora (Tiwari & Bajpai, 1964). Kemudian, Srivastava et al. (1968) dan Pollard et al. (2011) melaporkan galactomannan (2) yang diperoleh dari biji S. grandiflora. Das dan Tripathi (1998) berhasil mengisolasi glikosida flavonol pertama dari kulit batang S. grandiflora, diidentifikasi sebagai 4'-O-methyl-8 prenylkaempferol-3-O-(α-L-rhamnosyl-(1→6)-β-D-galactopyranoside)-7-O-β-D-galactopyranoside (3). 

Studi lebih lanjut dilakukan pada akar S. grandiflora, ditemukan isoflavon glikosida tipe flavonoid, 5,7-dihidroksi-6,2 '-dimethoxyisoflavone-7-O-α-L-rhamnopyranoside (4) (Saxena & Mishra 1999a). Selain itu, glikosida flavon lain, 3,7-dihidroksi-8-metoksiflavon-7-O-β-D-galaktosida (5) telah diisolasi dari batang S grandiflora (Saxena & Mishra, 1999b). Selanjutnya, triterpenoid, 3-β- hidroksi-28-p-hidroksifenoksiolean-12-ena (6) telah diisolasi dari fraksi kulit S. grandiflora (Das & Tripathi, 1999). 

IV. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik berhasil diisolasi dari jaringan akar dan kulit batang tumbuhan S. grandiflora yang diambil dari berbagai tempat di kawasan Lampung dan telah diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, LIPI, Bogor. 

Isolasi senyawa fenolik dilakukan dengan cara-cara yang lazim, yaitu dengan cara maserasi terhadap bagian tumbuhan yang telah dihaluskan dengan pelarut metanol dan/atau campuran metanol:etilasetat dengan perbandingan tertentu, kemudian dilanjutkan dengan tahap pemisahan dan pemurnian secara kromatografi yang meliputi kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom (KK), atau kromatografi kolom flash, kromatotron, KLT preparatif, dan HPLC menggunakan berbagai pelarut organik dari non polar, semi-polar sampai polar dengan komposisi tertentu yang sesuai. 

Kemurnian senyawa fenolik ditentukan secara fisika melalui pengujian kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan sistem eluen yang berbeda dan uji titik leleh. Identifikasi senyawa fenolik dilakukan secara spektroskopi UV, IR, MS dan NMR.

V. Senyawa-senyawa Fenolik Hasil Isolasi

Penelitian kimia yang telah saya lakukan sejak lebih dari satu dekade terakhir adalah berupa penggalian sumber-sumber bahan aktif alami dari tumbuhan lokal di Lampung dari keluarga Fabaceae khususnya Sesbania. grandiflora (turi). 

Dari bagian akar S. grandiflora, telah berhasil diisolasi sebelas senyawa fenolik yang terdiri dari sepuluh jenis flavonoid (7-16) dan satu jenis fenolik binaphthyl (17) yang baru ditemukan di alam. Di antara sepuluh flavonoid yang ditemukan, tiga diantaranya adalah dimer isoflavonoid baru dan diidentifikasi sebagai malindonesianin A, B dan C (7-9). 

Selain itu, l,l'-binaphthalene-2,2'-diol (17) diisolasi untuk pertama kalinya dari bahan alam (Noviany et al., 2012), sedangkan tujuh senyawa lainnya telah diketahui dan ditetapkan sebagai xenognosin B (10), liquiritigenin (11), 7,2',4'-trihidroksiisoflavon (12), demetilvestitol (13), vestitol (14), medikarpin (15) dan sativan (16) (Hasan et al., 2012).

Penelitian kimia terbaru juga telah dilakukan pada kulit batang S. grandiflora, dari penelitian tersebut berhasil diisolasi lima senyawa fenolik tipe 2-arilbenzofuran yang dinamakan sesbagrandiflorain A-C (18-20), 2-(3,4-dihidroksi-2-metoksifenil-4-hidroksi-6-metoksibenzofuran-3- karbaldehid (21) dan 2-(4-hidroksi-2-metoksifenil)-5,6-dimetoksibenzo-furan-3-karbaldehid (22) (Noviany et al., 2018; 2020). Sesbagrandiflorain A dan B awalnya diperkirakan adalah senyawa baru dengan nama sistematik 6-metoksi-2-(2´,3´-dihidroksi-5´-metoksifenil) -1-benzofuran –3-karbalde-hid dan 6-hidroksi-2-(2′,3′- dihidroksi -5′-metoksifenil)-1-benzofuran-3-karbaldehid (Noviany et al., 2018). 

Namun setelah dilakukan penentuan struktur ulang secara NMR spektroskopi menggunakan pelarut yang berbeda, struktur kimia sesbagrandiflorain A direvisi menjadi 4- hidroksi-2-(4´-hidroksi-2´-metoksifenil)-6-metoksibenzofuran-3-karbaldehid (18) sedangkan struktur sesbagrandiflorain B direvisi menjadi 4-hidroksi-2- (4´-hidroksi-2´-hidroksifenil) –6–metoksibenzofuran–3-karbaldehid (19). Senyawa (18) identik dengan senyawa 2-arilbenzofuran-3-karbaldehid yang ditemukan pada tanaman alfalfa Medicago sativa (Wang et al., 2009), sedangkan senyawa (19) identik dengan senyawa ebenfuran II yang diisolasi dari Onobrychis ebenoides (Katsanou et al., 2007). 

Senyawa fenolik tipe 2-arilbenzofuran masih jarang ditemukan di alam dan sangat berpotensi untuk diuji efek farmakologinya. Secara keseluruhan struktur kimia hasil isolasi dari akar dan kulit batang S. grandiflora dapat dilihat pada Gambar 5

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: