Quick Respons Menjadi Alasan Berobat ke Penang

Quick Respons Menjadi Alasan Berobat ke Penang

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (Unila), Prof Dr. Mahrinasari MS dan Prof. Dr Satria Bangsawan yang bekerjasama dengan dua perguruan tinggi di Malaysia.--

BACA JUGA:SMA YP Unila Akan Kembalikan Kejayaan dalam Ajang Honda DBL

Proyek ini, terkait dengan proyek awal untuk pembangunan rumah sakit perguruan tinggi (RSPTN) yang Tengah dirintis oleh Fakultas Kedokteran Unila.

"Penelitian yang kita lakukan ini bertema E-CRM Model in Green Hospital, Technology and Green Environment Based: Gender Perspective (A Cross Country Study in Indonesia and Malaysia. Secara garis besar, penelitian ini membahas mengenai kualitas layanan pada industri jasa kesehatan di Indonesia dan Malaysia," ungkap Prof Mahrinasari.

Guru besar FEB Unila ini melanjutkan, Rumah sakit yang menjadi lokasi penelitian ini, bertempat di Indonesia dan Malaysia dan yang telah menerapkan kebijakan green hospital atau konsep rumah sakit hijau yang peduli dengan lingkungan sekitar.

Sebab, lingkungan sekitar yang menerapkan aspek-aspek green hospital ini dalam berbagai penelitian sebelumnya, terbukti dapat berpengaruh pada kualitas layanan kesehatan dan pada gilirannya akan memberikan kepuasan kepada pasien dan otomatis reputasi rumah sakit atau sarana Kesehatan lainnya akan naik.

BACA JUGA:Wajib Tahu, Ini Nama Baru 4 OPD Pemkot Bandar Lampung yang Mengalami Perubahan Nama

Lebih jauh disampaikan Mahrinasari bahwa data pada tahun 2019, melaporkan bahwa pasien Indonesia mengunjungi tiga negara ASEAN untuk berobat pada tahun 2017, yaitu Thailand, Singapura, dan Malaysia dengan angka yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

Dari penelitian sebelumnya, terungkap bahwa alasan pasien Indonesia mengunjungi RS Malaysia dan Singapura adalah karena rendahnya kualitas pelayanan dan pengendalian kesehatan di RS Indonesia.

Selain itu, rumah sakit Malaysia memiliki teknologi dan obat-obatan canggih, harga lebih murah, reputasi rumah sakit global, dan komunikasi yang lebih baik dengan dokter dan perawat.

Oleh karena itu, manajemen rumah sakit perlu mengatasi permasalahan tersebut untuk memastikan bahwa rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi, memberikan kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan, dan mengurangi hambatan pelayanan kesehatan untuk mencapai keberhasilan kesehatan bangsa.

BACA JUGA:13 Prodi UGM Dengan Kuota SNBP Terbanyak 2024

"Dengan adanya penelitian ini saya dan tim peneliti lainnya sangat berharap Indonesia bisa meniru kualitas layanan yang diberikan oleh negara-negara lainnya yang menjadi tujuan berobat pasien Indonesia. Banyaknya pasien di Indonesia yang berobat ke luar negeri menyebabkan terjadi kerugian devisa bagi Indonesia," ujar Mahrinasari.

Data yang diterima dari Kementerian Kesehatan, sambung Mahrinasari, potensi kerugian devisa negara akibat banyaknya pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri sebanyak Rp100 triliun per tahun.

"Bayangkan jika dana ini masuk dan berputar pada industri kesehatan di Indonesia. Tentu industri kesehatan Indonesia akan semakin maju," beber Mahrinasari.

Menurut Mahrinasari, jika industri kesehatan di Indonesia mau berbenah, maka pelayanan medis di Indonesia bisa jauh lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: