'Juara Bertahan' Pilkada di Lampung Berguguran, Pengamat Beber Penyebabnya

'Juara Bertahan' Pilkada di Lampung Berguguran, Pengamat Beber Penyebabnya

Candrawansyah.-FOTO: AGUNG BUDIARTO/RLMG-

BACA JUGA:Unggul Lebih Dari 80 Persen, Ini Profil Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung Nomor Urut 2

Pengamat Politik Lampung Candrawansyah menilai, ada beberapa petahana yang bisa dibilang tidak berhasil jika diukur dalam hasil QC ini. 

Candra bilang, ada berbagai faktor yang membuat petahana kalah ini. Namun memang perlu dikaji lebih mendalam.  

Dijelaskannya, ada kinerja-kinerja petahana yang selama menjabat, tidak memuaskan masyarakat. Misalnya, lambatnya proses pembangunan, buruknya pelaanan publik, dan lainnya. 

"Pun kegagalan dalam menangani masalah-masalah lokal menjadi penyebab utama ketidakpuasan masyarakat," ujarnya.

BACA JUGA:Suasana Cair Usai Pilkada Pringsewu 2024, Riyanto Pamungkas Bertemu Dengan Laras Tri Handayani

Selain itu, menurutnya yang menjadi penyebab kekalahan incumbent adalah munculnya alternatif baru pemimpin yang lebih menarik perhatian masyarakat. 

"Apalagi paslon baru ini punya visi misi yang lebih relevan dengan apa yang diinginkan masyarakat. Ini juga sering bisa mengalihkan dukungan dari petahana ke paslon yang baru ini," katanya.

"Kandidat baru yang dinilai lebih segar, inovatif, atau mampu membawa perubahan bisa menjadi pilihan alternatif yang lebih menarik bagi pemilih," sambungnya.

Selanjutnya, kata dia, lemahhnya strategi kampanye yang dimiliki oleh paslon kada yang sudah menjabat sebelumnya atau mengincar periode kedua. 

BACA JUGA:Pembangunan Gedung Perpustakaan Bandar Lampung Rampung Dikerjakan, Kini Siap Diresmikan

"Komunikasi dengan masyarakat kurang maksimal. Kemudian penggunaan media sosial juga kurang sebab kan saat ini segmen pemilih dari Gen z dan milenial ini banyak ya, signifikan sekali," kata dia. 

Dijelaskan dia, ada juga faktor fenomena Anti-Incumbent. kondisi ini bisa terjadi di berbagai situasi. 

Di mana, masyarakat cenderung jenuh dengan pemimpin lama, dan mencari pemimpin baru sebagai bentuk ungkapan terhadap situasi yang ada. 

"Kondisi ini memang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kinerja kepala daerah yang sedang menjabat. Lebih kepada masyarakat yang menginginkan perubahan" katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: