Ironi, Mayoritas Singkong Milik Petani Kecil Menumpuk Menunggu Pembeli

Ironi, Mayoritas Singkong Milik Petani Kecil Menumpuk Menunggu Pembeli

--

BACA JUGA:Langsung Mainkan! Link DANA Kaget Tanpa Modal, Menangkan Saldo Gratis Rp 270 Ribu Sekarang

"Kalau untuk harga sekarang banyak langganannya yang import langsung dan tidak ngambil lagi sagu ke kita," ucapnya.

Hal itu menurutnya menyebabkan sagu-sagu mlik pabriknya tidak bisa keluar dan menumpuk di gudang sehingga mengakibatkan kerugian besar.

Manager Pabrik Tapioka PT Agung Mulia Bunga Tapioka Budi Pranata Jati menambahkan, pihaknya berharap pemeritah dapat melindungi hak petani dan juga pabrik.

Serta secepatnya bisa membenahi tata niaga Tapioka. Dengan begitu, pihak perusahaan bakal berkenan mengikuti aturan pemerintah yang disepakati sebelumnya, asalkan ada regulasi yang menguntungkan semua pihak.

BACA JUGA:Segera Rebut! Saldo DANA Kaget Gratis Rp 275 Ribu, Klaim Praktis Link Tautan E- Wallet Sekarang

Dirinya menuturkan bahwa kesepakatan tersebut mungkin bisa diterapkan di pabrik-pabrik yang berskala besar.

"Kalau untuk Pabrik Sp6 B, hanya pabrik kecil, yang paling berperan adalah yang 'gajah-gajah', seperti BW, Sinar Laut, SPM, Muara Jaya dan lain-lain, kapasitas mereka 1 pabrik perhari bisa 500-3.000 ton singkong, kalau kami hanya 80-100-an ton saja per hari, kalau gajah-gajahnya sudah menyetujui dan menjalankan hal tersebut, bisa dipastikan yang kecil akan mengikutinya," ungkapnya.

Dirinya juga mengungkapkan, jika Pemerintah tidak dapat menyelesaikan konflik ini dengan baik, besar kemungkinan akan berimbas ke berbagai pihak, utamanya petani singkong.

"Kalau pemerintah tidak bisa menyelesaikan konflik ini, besar kemungkinan akan berlanjut pabrik tapioka memilih untuk tutup semua, dan tentu ini dampaknya memperparah nasib petani singkong, ke tenaga kerja, karyawan pabrik, sopir-sopir, dan lain-lain," kata Budi.

BACA JUGA:Giat Kemanusian, Aliansi Mahasiswa Lampung bersama Polda Bagikan Sembako Kepada Masyarakat Bandar Lampung

Terhadap adanya prablem pabrik singkong yang memilih menutup sementara pabriknya dari penerimaan singkong petani, Anggota DPRD Way Kanan Adi Wijaya menerangkan bahwa dirinya sudah pernah mendatangi pabrik-pabrik singkong yang berada di wilayah Pakuan Ratu.

Menurut anggota Fraksi Partai Amanat Nasional Dapil 3 itu, dari beberapa pabrik yang ada menyatakan ketidak sanggupan jika dipaksakan membeli singkong dari petani seharga 1.400 per kg dengan refaksi 15 % seperti yang sudah ditetapkan bersama tersebut. 

"Kita masih menunggu Perda yang dibuat oleh pemerintah provinsi, termasuk sanksi-sanksi apabila kesepakatan tersebut tidak dipenuhi," ungkapnya.

Tentunya, kata dia, hal tersebut harus memiliki keputusan hukum yang jelas sehingga akan menjadi dasar untuk perusahaan-perusahaan yang tidak mau mengikuti kesepakatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: