Sehingga mengurangi curah hujan yang seharusnya terjadi di wilayah terdampak, termasuk Indonesia.
Secara umum, fenomena El Nino dapat memicu terjadinya kondisi kekeringan karena intensitas air berkurang.
Lanjut terkait La Nina yang merupakan kebalikan dari fenomena El Nino.
Ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya.
BACA JUGA: Seri Sejarah Lampung, Profil Pangeran Emir M Noer yang Diabadikan jadi Nama Jalan
Maka pada saat itulah fenomena La Nina terjadi dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.
Jika kita membahas tentang kedua fenomena alam tadi, maka ada hal lain yang identik dengan keduanya.
Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan angin Monsun atau secara umum disebut angin musim.
Angin Monsun merupakan angin yang bertiup dalam skala benua atau regional.
BACA JUGA: Jelang Tayang Pekan Depan, TvN Kembali Rilis Poster dan Teaser Terbaru Drama Korea Castaway Diva
Secara periodik atau 6 bulan sekali, angin monsoon akan bertiup yang berubah arah azimuth minimal 120 derajat.
Nah, di Indonesia terkena dampak dari 2 (dua) tipe angin Monsun, yaitu Monsun Baratan dan Monsun Timuran.
Angin Monsun Timuran yang rata-rata bertiup dari arah timur hingga Tenggara tersebut.
Umumnya akan bertiup pada bulan April sampai dengan Oktober setiap tahunnya.
BACA JUGA: Sederet Daftar 5 kuliner Indonesia Ini Diyakini Bisa Membawa Keberuntungan, Apa Saja Itu?
Sementara angin Monsun Baratan, rata-rata bertiup dari arah barat hingga barat laut.