Perkuat Hilirisasi, Industri Pengolahan Jadi Motor Investasi
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan.---Foto: Prima Imansyah Permana/ Radarlampung.co.id.---
Tanggamus realisasi investasi sebesar Rp1,9 triliun, terbesar sektor pertambangan sebesar Rp1,79 triliun, Listrik, Gas dan Air Rp93 miliar dan transportasi, Gudang dan Telekomunikasi Rp 12 miliar.
BUMN berinvestasi sebesar Rp 3,1 triliun terbesar di Tanggamus, yaitu pengusahaan tenaga panas bumi oleh PT Pertamina Geothermal Energy sebesar Rp1,6 triliun, PT PLN Rp1,29 triliun.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan mengatakan, sektor investasi kini menjadi motor utama pembangunan ekonomi daerah.
Pemerintah berkomitmen menghadirkan lingkungan usaha yang ramah bagi investor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, melalui kemudahan perizinan, kepastian hukum, dan dukungan infrastruktur yang memadai.
“Investasi menjadi motor penting bagi pembangunan Lampung. Kami terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif agar kepercayaan investor semakin meningkat,” ujar Marindo.
Capaian investasi Lampung hingga triwulan III 2025 ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap Lampung terus menguat. Sejumlah sektor menjadi penggerak utama pertumbuhan investasi.
Sektor dengan realisasi investasi terbesar di PMA, yaitu industri makanan (Rp765 miliar); tanaman pangan, perkebunan dan peternakan (Rp426 miliar); transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp238 miliar); industri kayu (Rp153 miliar) dan pertambangan (Rp105 miliar).
Sedangkan, sektor dengan realisasi investasi terbesar di PMDN, yaitu industri makanan (Rp2,61 triliun); pertambangan (Rp1,77 triliun); transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp706 miliar); hotel dan restoran (Rp988 miliar); perdagangan dan reparasi (Rp1,21 miliar.
Investor asing yang menanamkan modal di Lampung terutama berasal dari Singapura (Rp1,355 triliun, Korea Selatan (Rp164,39 miliar), Malaysia (Rp164,84 miliar), Australia (Rp109,36 miliar), dan Tiongkok (Rp94,50 miliar) yang melihat Lampung sebagai pusat potensial agroindustri dan manufaktur di Sumatera bagian selatan.
Menurut Marindo, transformasi ekonomi Lampung terus diarahkan pada penguatan sektor industri pengolahan dan hilirisasi komoditas unggulan seperti singkong, kopi, lada, dan kelapa sawit.
“Fokus kami adalah memperkuat rantai nilai ekonomi daerah dengan mendorong industri pengolahan berbasis potensi lokal. Lampung tidak boleh hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi juga produsen bernilai tambah tinggi,” jelasnya.
Sektor industri pengolahan kini menjadi tulang punggung ekonomi daerah dengan kontribusi 18,93 persen terhadap PDRB atau sekitar Rp91,5 triliun pada 2024. Sebagian besar berasal dari industri makanan dan minuman yang mengandalkan bahan baku lokal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
