Latar Belakang Terjadinya Perang Diponegoro Tahun 1825 Hingga 1830
Ilustrasi penangkapan Pangeran Diponegoro oleh bangsa kolonial Belanda. FOTO TANGKAPAN LAYAR/INSTAGRAM @subiibus--
BACA JUGA: Belanja Murah, Banyak Hadiah di Mom and Kids Fair!
Entah itu dalam keadaan hidup atau mati, orang yang menangkapnya akan mendapatkan upeti atau hadiah sebesar 50 ribu Gulden.
Tak hanya dapat uang, siapapun yang berhasil menangkap Pangeran Diponegoro juga akan dapa tanah serta penghormatan.
Namun karena perlawanan Diponegoro yang semakin melemah sejak akhir 1828.
Tepatnya setelah Kiai Madja, pemimpin spiritual pemberontakan ditangkap.
BACA JUGA: Bisnis Ilegal Pipa Gading Gajah Dibongkar, Barang Bukti Mencapai Lebih dari 4 Kg
Kemudian disusul penangkapan terhadap Sentot Prawidjirdjo dan pasukannya.
Keadaan semakin parah karena pasukannya yang mengalami kesulitan biaya.
Lalu tak lama istrinya R.A Ratnaningsih serta putranya ditangkap beberapa hari setelah Kiai Madja tertangkap.
Selanjutnya pada bulan Februari 1830, utusan dari Diponegoro dan kolonial Belanda bertemu namun tidak menghasilkan kesepakatan.
BACA JUGA: Tambah Satu, Ini Daftar Lengkap Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Lampung
Padahal dalam pertemuan tersebut berjalan lancar dan juga akrab.
Hingga akhirnya Pangeran Diponegoro ingin bertemu langsung dengan Gubernur Jenderal yang baru yaitu De Kock.
Awalnya Diponegro bermaksud menunggu Jenderal De Knock di Batavia, namun utusan sang jenderal menyarankan pertemuan berlangsung di Menoreh.
Hingga mereka berdua dan pasukannya bertemu, De Kock menunjukkan sikap manisnya setelah Diponegoro menegaskan tidak ada diskusi serius pada saat pertemuan yang lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: