Perencanaan Pembelajaran untuk Pengembangan Kognitif dan Solusi Masalah Belajar
Nomor dua dari kiri, Guru Besar FKIP Unila Prof Herpratiwi .--unila.ac.id
Waktu, faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.
Monitoring, adalah pengembangan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
Ukurannya dibangun untuk selama pelaksanaan perencanaan pembelajaran, namun perlu diberi pertimbangan tentang toleransi terbatas atas penyimpangan perencanaan. Isi perencanaan, perencanaan pembelajaran yang baik memuat: (a) tujuan atau apa yang diinginkan sebagai hasil proses pembelajaran, (b) program dan layanan atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya, (c) tenaga manusia yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, prilaku, kompetensi maupu kepuasan, (d) bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola distribusi dan kaitannya dengan bangunan fisik lainnya, (e) keuangan meliputi rencana pengeluaran dan rencana penerimaan, (f) struktur organisasi maksudnya bagaimana cara mengorganisasi dan manajemen operasi dan pengawasan program dan aktivitas kependidikan yang direncanakan, dan (g) konteks sosial atau elemen elemen lain yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pembelajaran.
IV. PERENCANAAN PEMBELAJARAN UNTUK PENGEMBANGKAN KOGNITIF DAN SOLUSI MASALAH BELAJAR
Pembelajaran pada hakikatnya mengarahkan peserta didik untuk dapat melakukan sesuatu atau berkompeten.
Kompeten artinya dapat mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Peserta didik diharapkan dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
Kognisi adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Kognisi digunakan untuk mengenali, memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami gejala yang terjadi di kehidupan.
Proses kognisi berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dalam proses belajar. Setiap individu berpikir menggunakan inteleknya, kemampuan inteligensi menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidaknya suatu masalah yang sedang dihadapi.
Kecerdasan merupakan kemampuan mental tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Tingkat kecerdasan dapat membantu seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan.
Kecerdasan sudah dimiliki manusia sejak lahir dan terus menerus dapat dikembangkan hingga dewasa. Pengembangan kecerdasan akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan melalui pemberian stimulasi pada kelima panca inderanya. William Stern menyatakan bahwa pengembangan kecerdasan dimulai sejak janin, sejak kelahirannya, dan anak memiliki lebih dari satu potensi yang secara holistik mengacu pada satu arah tertentu (Monks, Knoers dan Haditono, 1999).
Inteligensi peserta didik berfungsi untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam satu kebudayaan atau lebih. Merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi yang berupa aktivitas atau perilaku.
Memecahkan masalah atau menciptakan sebuah karya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pertama pengetahuan awal. Pengetahuan awal adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Apabila siswa tidak mampu memiliki pengetahuan awal dengan baik, maka siswa tidak akan lengkap dalam memahami materi berikutnya. Glaser dan De Corte dalam (Dochy & Segers) berpendapat untuk memahami materi baru akan menjadi sangat sulit ketika pengetahuan awal informal dan pengetahuan awal formal yang baik pada siswa, tidak digunakan dan tidak dimanfaatkan untuk belajar materi yang baru.
Kedua apresiasi, pengapresiasian terhadap sesuatu baik berupa ketertarikan (interesting), pemanfaatan (worthwhile), dan kesenangan (enjoyment) dalam mempelajarinya. G. H. Hardy (2005), mengungkapkan bahwa jika seseorang yang apresiasi terhadap sesuatu maka orang tersebut menikmati (enjoy) sesuatu tersebut (enjoyment) (Utami, 2011), dan akan memunculkan kepercayaan diri, ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian, serius dalam belajar, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat dengan orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: