Kompeten artinya dapat mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Peserta didik diharapkan dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
Kognisi adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Kognisi digunakan untuk mengenali, memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami gejala yang terjadi di kehidupan.
Proses kognisi berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dalam proses belajar. Setiap individu berpikir menggunakan inteleknya, kemampuan inteligensi menentukan cepat tidaknya atau terselesaikan tidaknya suatu masalah yang sedang dihadapi.
Kecerdasan merupakan kemampuan mental tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Tingkat kecerdasan dapat membantu seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan.
Kecerdasan sudah dimiliki manusia sejak lahir dan terus menerus dapat dikembangkan hingga dewasa. Pengembangan kecerdasan akan lebih baik jika dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan melalui pemberian stimulasi pada kelima panca inderanya. William Stern menyatakan bahwa pengembangan kecerdasan dimulai sejak janin, sejak kelahirannya, dan anak memiliki lebih dari satu potensi yang secara holistik mengacu pada satu arah tertentu (Monks, Knoers dan Haditono, 1999).
Inteligensi peserta didik berfungsi untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam satu kebudayaan atau lebih. Merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi yang berupa aktivitas atau perilaku.
Memecahkan masalah atau menciptakan sebuah karya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pertama pengetahuan awal. Pengetahuan awal adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Apabila siswa tidak mampu memiliki pengetahuan awal dengan baik, maka siswa tidak akan lengkap dalam memahami materi berikutnya. Glaser dan De Corte dalam (Dochy & Segers) berpendapat untuk memahami materi baru akan menjadi sangat sulit ketika pengetahuan awal informal dan pengetahuan awal formal yang baik pada siswa, tidak digunakan dan tidak dimanfaatkan untuk belajar materi yang baru.
Kedua apresiasi, pengapresiasian terhadap sesuatu baik berupa ketertarikan (interesting), pemanfaatan (worthwhile), dan kesenangan (enjoyment) dalam mempelajarinya. G. H. Hardy (2005), mengungkapkan bahwa jika seseorang yang apresiasi terhadap sesuatu maka orang tersebut menikmati (enjoy) sesuatu tersebut (enjoyment) (Utami, 2011), dan akan memunculkan kepercayaan diri, ekspektasi dan metakognisi, gairah dan perhatian, serius dalam belajar, kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan berbagi pendapat dengan orang lain.
Kognitif peserta didik akan berkembang dengan baik, jika pendidik mempergunakan teori dalam membuat perencanaan pembelajran. Salah satu teori perkembangan kognitif yang dapat dipakai pendidik adalah teori Piaget.
Piaget mengajukan teori tentang perkembangan kognitif anak yang melibatkan proses penting yaitu skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan ekuilibrasi.
Dalam teorinya, perkembangan kognitif terjadi dalam urutan empat tahap yaitu: a. tahap sensorimotor: dari kelahiran sampai umur 2 tahun (bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indrawi dengan gerakan dan mendapatkan pemahaman akan objek permanen. b. Tahap pra-operasional: umur 2-7 tahun (anak memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan fungsi simbolis (simbol-simbol) atau tanda-tanda dan pemikiran intuitif. Keterbatasannya adalah egosentrisme, animisme, dan centration.
Ciri-ciri berpikirnya tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis c. Tahap operasional konkrit: umur 7-11/12 tahun (anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini.
Dalam tahap ini, anak telah hilang kecenderungannya terhadap animisme dan articialisme d. Tahap operasional formal: umur 12 tahun ke atas (anak sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks, ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, deduktif dan induktif serta logis dan probabilitas.
Tingkatan perkembangan intelektual manusia mempengaruhi kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logika, transmisi sosial dan pengaturan sendiri. Teori Piaget jelas sangat relevan dalam proses perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan teori ini, manusia dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak.