Presidensi G20 Indonesia, Momentum Pulihkan Dunia dari Krisis Global
Krisis keuangan global tahun 1997 – 1999 memicu berbagai negara maju untuk bergerak cepat mencari solusi untuk memulihkan perekonomian dunia. Negara-negara yang tergabung didalam G7--
Menurut Sekjen Kementerian Kominfo, pembahasan dalam DEWG akan menjadi pondasi pembahasan isu transformasi digital dalam Presidensi G20 Indonesia.
“Nah, jadi kami melihat hilirisasi pemanfaatan digital itu dilakukan di banyak sektor. DEWG mengambil posisi sebagai pondasinya. Pondasinya itu apa? Hard infrastructure yang berupa konektivitas digital karena kita tidak bisa bicara digital ini dan digital itu tanpa adanya konektivitas, Apabila infrastrukturnya ada, namun tidak bisa dimanfaatkan secara produktif, maka tidak ada nilai tambahnya. Oleh karena itu, soft infrastructure atau kualitas talenta dan sumber daya manusia digital juga harus diperkuat,” tegasnya.
G20 DEWG yang secara khusus membawahi isu-isu digital mengambil tiga isu prioritas, yaitu Connectivity and Post Covid-19 Recovery, kemudian Digital Literacy and Digital Skills, serta Data Free-Flow with Trust and Cross Border Data Flow.
BACA JUGA:Hujan Deras, Jalan dan Pemukiman di Pringsewu Tergenang
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Berkualitas Global
Presidensi G20 di sektor kesehatan akan berfokus pada penguatan global health architecture, seperti kebijakan dan instrumen global untuk protokol Kesehatan yang aman dan terstandarisasi secara internasional agar mempermudah perjalanan internasional.
Salah satu yang pelajaran paling penting yang didapat dari pandemi COVID-19 adalah bahwa saat ini arsitektur kesehatan global lambat untuk merespon pandemi dan tidak siap untuk mencegah keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat di masa depan.
Tema Presidensi G20 “Recover Together, Recover Stronger” bertujuan untuk membangun kembali arsitektur kesehatan global yang lebih kuat dan dapat bertahan menghadapi krisis kesehatan di masa depan serta mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik.
Menkes menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan selaku ketua Health Working Group telah menetapkan tema “Menata Ulang Arsitektur Kesehatan Global” dengan 3 (tiga) isu prioritas bidang kesehatan, yaitu membangun ketahanan sistem kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global serta memperluas manufaktur global dan pusat pengetahuan untuk pencegahan pandemi, kesiapsiagaan, dan respon.
BACA JUGA:Tanggamus Peringati Hari Santri, Gelar Upacara dan Pawai Nadzom Santri
Lewat ketiga fokus itu, Indonesia berkomitmen untuk bekerja sama membangun global yang nyata kolaborasi untuk pemulihan pandemi yang dipercepat dan kuat dengan tetap berpegang pada prinsip solidaritas, akuntabilitas, dan kesetaraan.
Sebab, selain respons yang lambat. Sektor kesehatan juga belum memiliki mekanisme global yang dapat dengan cepat memobilisasi sumber daya, baik dalam hal pendanaan maupun penanggulangan medis penting lainnya dalam menanggapi krisis kesehatan masyarakat. Juga, ada perbedaan mencolok dalam kapasitas berbagai negara dan wilayah untuk mendeteksi dan memantau patogen yang muncul dengan surveilans genomic.
“Respons kolektif negara G20 akan menentukan jalannya pandemi saat ini dan masa depan. Hari ini adalah saat untuk mengubah arsitektur kesehatan global kita,” kata Menkes.
Karenanya, dalam semangat kemitraan, Menkes mengajak para pemimpin G20 untuk terus berkolaborasi dalam membangun mekanisme global dalam pengumpulan sumber daya untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi, peningkatan kemampuan surveilans genomic secara global termasuk pemulihan sistem kesehatan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
BACA JUGA:Jadi Kontingen Peksiminas Lampung, Mahasiswa UTI Melaju ke Malang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: